KOMPLIKASI
MASA NIFAS DAN PENANGGULANGANNYA
KEMENTERIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES
KEMENKES TANJUNG KARANG
PROGRAM
STUDI DIII KEBIDANAN
TAHUN 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Patologi Kebidanan tepat pada waktunya.
Adapun maksud dan tujuan pembuatan makalah
ini untuk memenuhi tugas yang telah diberikan dosen mata kuliah Askeb V (Patologi) mengenai komplikasi dan penyulit pada masa
nifas serta penanggulangannya.
Melalui makalah ini kami menyampaikan terima
kasih kepada Ibu dosen, teman- teman, dari semua pihak yang telah memberikan
bantuan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari dalam makalah ini
terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kami mengharapkan
saran dan kritik yang sifatnya membangun demi sempurnanya makalah ini.
Bandar
Lampung, November 2013
Penyusun
A. INFEKSI
MASA NIFAS
1. Endometritis
Definisi
Endometritis adalah salah satu infeksi peurperalis, setelah masa
inkubasi, kuman kuman menyerbu ke dalam luka endometrium, biasanya luka pada
bekas perlekatan plasenta(obstetric patologi
bagian obstetric dan patologi universitas padjajaran bandung hal:245)
Endometritis adalah infeksi atau radang pada endometrium
(rahim), miometrium (ototrahim) yang dapat menjalar ke jaringan parametrium.
Umumnya penyebabnya akibatadanya infeksi pada saluran reproduksi bagian bawah.
Infeksi ini dapat terjadi sebagaikelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi
tersendiri dan terdapat benda asing dalamrahim. infeksi endometrium dapat dalam bentuk
akut (http://www.scribd.com/doc/56628151/Endometritis-Adalah-Infeksi-Atau-Radang-Pada-um)
Gejala:
Gambaran klinis
endometritis berbeda beda tergantung padabverulensi kuman penyebabnya. Biasanya
demam mulai 48 jam post partum dan bersifat naik turun. His royan lebih nyeri
dari biasanya dan lebih lama dirasakan.loche bertambah banyak, berwarna merah
atau coklat dan berbau tidak selalu menyertai endometritis sebagai gejala.
Loche naika antara 15000-30000/mm. sering ada sub involusi.skit kapala. Kurang
tidur dan kurang nafsu makan. Kalau infeksi tidak meluas maka suhu turun dengan
berangsur angsur dan turun pada hari ke 7-10(obstetric patologi,bagian obstetric dan
patologi universitas padjajaran bandung hal:245)
Prognosa
Jika nadi tetap dibawah 100 maka prognosa baik, sebaiknya jika nadi
diatas 130, apalagi kalu tidak ikut turun denagn turunnya suhu prognosanya
kurang baik.demam yang continue lebih buruk prognosanya dari demam yang
remmitens,demam menggigil berulang ulang, insomnia dan ikhterus,merupakan tanda
tanda yang kurang baik. Kadar HB yang rendah dan jumlah leukosit yang rendah
atau sangat tinggi memburukan prognosa((obstetric
patooblogi,bagian stetric dan patologi universitas padjajaran bandung hal:252)
Pengobatan
Adanya antibiotika dan chemotherapy sekarang ini, sangat merubah prognosa
infeksi peurperalis dan pengobatan infeksi dengan obat obatan tersebut
merupakan usaha yang terpenting. Pada saat sekarang ini penicillin ialah
penisilin G atau penisilin setengah synthesis(ampisilin) merupakan pilihan yang
paling tepat. Penisilin bersifat bactericide (bukan bakteriotatis seperti
tetrasiclin dari clorampenikol) dan bersifat atoxid. Karena sifat atoxidnya ini
penisilin dapat diberikan dalam dosis tinggi tanpa memberikan pengaruh toxid.
Maka sebainya diberiakan penilin G sebanyak 5 juta s tiap 4 jam jadi 30 juta S
setiap harinya. Penisilin ini diberikan sebagai injeksi intravena atau secara
infuse pendek selama 5-10 menit. Penilin dilarutkan dalam laruta dektrose 5 %
atau Ringer laktat. Juga dapat diberiakan ampisilin 3-4 gr mula mula intravena
atau intra muskuler. (obstetric
patologi,bagian obstetric dan patologi universitas padjajaran bandung hal:254)
2. Peritonitis
Peritonitis
merupakan penyulit yang kadang kadang terjadin pasca seksio sesarea yang
mengalami metritis disertai nekrosis dan dehisensi insesi uterus. Pada keadaan
yang lebih jarang didapatkan pada penderita yang sebelumnya mengalami seksio
sesarea kemudian dilakukan persalinan (VBAC: vaginal birth after c-secsion).
Abses pada parametrium atau adneksa dapat pecah dan menimbulkan peritonitis
generalisata. (Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kebidanan Maternal Neonatal hal :264)
Peritonitis adalah peradangan peritoneum,
selaput serosa yang melapisi bagian dari rongga perut http://harlindalinda.blogspot.com/2012/11/endometritis-peritonitis-tromboflebitis.html
Peritonitis
merupaka infeksi peurperalis melalui jalan limpa dapat menjalar ke peritoneum. (obstetric patologi,bagian obstetric dan patologi universitas padjajaran
bandung hal:248)
Peritonitis adalah peradangan yang
biasanya disebabkan oleh infeksi pada
selaput rongga perut (peritoneum).
Peradangan ini merupakan komplikasi berbahaya yang sering terjadi akibat
penyebaran infeksi dari organ-organ abdomen (misalnya apendisitis, salpingitis,
perforasi ulkus gastroduodenal), ruptura saluran cerna, komplikasi
pascaoperasi, iritasi kimiawi, atau dari luka tembus abdomen.(Wikipedia.com)
Pada
keadaan normal, peritoneum resisten terhadap infeksi bakteri secara
inokulasi kecil-kecilan. Kontaminasi yang terus menerus, bakteri yang virulen,
penurunanresistensi, dan adanya benda asing atau enzim pencernaan aktif merupakan faktor-faktor yang
memudahkan terjadinya peritonitis.(Wikipedia.com)
Gejala
-
Nyeri seluruh perut spontan maupun pada palpasi
-
Demam menggigil
-
Perut gembung tapi kadang kadang ada diarhoe
-
Muntah
-
Pasien gelisah, mata cekung
-
Sebelum mati ada delirium dan koma
(obstetric patologi,bagian obstetric dan patologi
universitas padjajaran bandung hal:248)
Penatalaksanaan
·
Lakukan
nasogastrik suction
·
Berikan
infuse Nacl atau ringer laktat
·
Berikan
antibiotika sehinnga bebas panas selama 24 jam.
Ampisilin
2 g IV kemudian 1 g setiap 6 jam, ditambah gentamisin 5 mg/kg berat badan iv
dosis tunggal/hari dan metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam.
·
Laparoskopi
diperlukan untuk pembersiahan perut
(Buku Acuan Nasional Pelayanan Kebidanan Maternal Neonatal hal
:264)
3. Bendungan
ASI
Bendungan
ASIadalah peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara dalam rangka
persiapan diri untuk laktasi. Hal ini bukan disebabkan overdistensi dari
saluran system laktasi(Buku Acuan Nasional Maternal Neonatal:262)
Secara fisiologi sesudah bayi lahir dn
plasenta keluar, kadar estrogen dan progestero turun dalam 2-3 hari. Dengan
factor ini dari hipotalamus yang menghalangi keluarnya pituatiry lactogenic
hormone(prolaktin) saat hamil dan sangat dipengaruhi olehestrogen tidak
diproduksi lagi, sehingga terjadilah sekresi protein oleh hipofisis anterior.
Hormone ini mengaktifkan sel sel kelenjar payudara untuk memproduksi asi susu.
Adanya .isapan putting payudara oleh bayi akan merangsang penyeluaran oksitosin
dari kelenjar hipofise posterior.
Etiologi
Bendungan iar susu dapat terjadi pada hai ke 2 atau ke 3 ketika
payudara telah memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh karena
pengeluaran asi tidak lancar karena bayi jarang menyusu,produksi meningkat,
terlambat menyusukan, hubungan bayi dengan ibu kurang baik.dan dapat pula
karena adanya batasan waktu menysui.(ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo 2011
hal : 652)
Gejala
Gejala adanya bendungan asi adalah
terjadinya pembengkakan payudara bilateral dan secara palpasi teraba keras,
kadang tersa nyeri dan seringkali
dosertai peningkatan suhu badan ibu, tetapi tidak terdapat tanda tanda
kemerahan dan demam.(ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo 2011 hal : 652)
Penanganan
Penanganan adannya bendungan ASI adalah
dengan memberikan asi sesering mungkin, bila payudara terlalu tegang dan bayi
tidak mau menyusuai sebaiknya asi dikeluarkan dulu untuk menurunkan ketegangan
payudara serta pemakaian kutang(BH) untuk menyangga payudara dan
analgetika,kompres air hangat, dan dilakukan pemijatan serta perawatan payudara.
Kalu perlu diberi supresi laktasi untuk sementara(2-3 hari) agar bendungan
terkurangidan memungkinkan air susu memungkinkan untuk dikeluarkan. Keadaan ini
akan menurun dalam beberapa hari dan bayi dapat menyusu normal.(ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo 2011
hal : 652)
Bila ibu menyusui bayinya:
-
Susukan
sesering mungkin
-
Kedua
payudara disusukan
-
Kompres
hangat payudara sebelum disusukan
-
Bantu
dengan memijat payudara untuk permulaan menyusui
-
Sangga
payudara
-
Kompres
dingin pada payudara di antara waktu menyusui
-
Bila
diperlukan berika parasetamol 500 mg oral setiap 4 jam.
-
Lakukan
evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.
Bila ibu tidak menyusui:
-
Sangga
payudara.
-
Kompers
dingin pada payudara untuk mengurangi pembengakakan dan rasa sakit.
-
Bila
diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
-
Jangan
dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara
(Buku Acuan Nasional Pelayanan Kebidanan Maternal Neonatal hal
:262)
4.Tromboflebitis
Penjalaran
infeksi melalui vena sering terjadi dan merupakan penyebab terpenting dari
kematian karena infeksi puerperalis. (obstetric patologi,bagian obstetric dan
patologi universitas padjajaran bandung hal:246)
Dua golongan vena biasanya memegang peranan pada:
1.
Vena vena
di dinding rahim dan lig latum (vene ovarika, vena uterin, dan vena
hipogastrik)
2.
Vena vena
tungkai (vena femoralis, poplitea, dan safena)
Radang vena vena golongan (1) disebut tromboflebitis pelvika dan
infeksi vena vena golongan (2) disebut tromboflebitis femoralis.
1.
Tromboflebitis
pelvika
Yang sering meradang ialah vena ovarika karena mengalirkan darh
dan luka bekas plasenta di daerah fundus uteri.
Penjalaran
tromboflebitis pada vena ovarika kiri ialah ke vena renalis dan dari vena
ovarika kanan ke vena kava inferior.Thrombosis yang terjadi setelah peradangan
bermaksud untuk menghalangi penjalaran mikroorganisme. Dengan proses ini,
infeksi dapat sembuh, tetapi jika daya tahan tubuh kurang, thrombus akan dapatmenjadi nanah. (obstetric patologi,bagian obstetric dan patologi universitas padjajaran
bandung hal:246)
Bagian
bagian kecil thrombus terlepas dan terjadilah emboli atau sepsis dank arena
embolus ini mengandung nanah disebut juga pyaemia. Embolus ini biasanya
tersangkut pada paru, ginjal dan kantup jantung. Pada paru dapat menimbulkan
uinfark. Jika daerah yang mengalami infark luas, pasien meninggal dengan
mendadak dan jika pasien tidak meninggal, dapat timbul abses paru. (obstetric patologi,bagian obstetric dan patologi universitas padjajaran
bandung hal:247)
Tanda gejala
Penderita tampak sakit berat dengan gambaran sebagai berikut:
-
Menggigil
berulang kali. Menggigil inisial terjadi sangat barat(30-40menit) dengan
interval hanya beberapaa jam saja dan kadang kadang 3 hari. Pada wktu menggigil
penderita hampir tidak panas.
-
Suhu badan
naik secara tajam( 36-40 C) yang diikuti dengan penurunan suhu dalam 1 jam
-
Penyakit
dapat berlangsung selama 1-3 bulan
(Buku Acuan Nasional Pelayanan Kebidanan Maternal Neonatal hal
:265)
Gambaran darah
-
Terdapat
leukositosis( meskipun setelah endotoksin menyebar ke sirkulasi dapat segara
terjadi leucopenia)
-
Untuk
membuat kultur darah, darah diambila saat tepat sebelum mulainya menggigil.
Meskipun bakteri ditemukan didalam darah selam menggigil, kultur darag sangat
sukar dibuat karena bakterinya adalah anaerob.
-
Pada
periksa dalam hampir tidak ditemukan apa apa karena yang paling banyak terkena
ialah vena ovarika, yang sukar dicapai pada pemeriksaan dalam
(Buku Acuan Nasional Pelayanan Kebidanan Maternal Neonatal hal
:264)
Penanganan
·
Rawat inap
Penderita tirah baring untuk
pemantauan gejala penyakitnya dan mencegah terhadinya emboli pulmonum
·
Terapi
medic
Pemberian antibiotika
heparin jika terdapat tanda tanda atau dugaan adanya emboli pulmonul
·
Terapi
operatif
Pengikatan vena kava inferior dan vena ovarika jika emboli septic
terus berlangsung samapai mencapai paru paru meskipun sedang dilakukan
heparinisasi.
(Buku Acuan Nasional Pelayanan Kebidanan Maternal Neonatal hal
:265)
2.
Tromboflebitis
femoralis
Dapat terjadi
troboflebitis vena sefena magna atau peradangan vena femoralis sendiri,
penjalaran tromboflebitis vena uterine (vena uterin, vena hipogastrika, vena
iliaka eksterna, vena femoralis) akibat parametritis.
Tomboflebitis vena
femoralis mungkin terjadi karena aliran darah lambat didaerah lipat paha karena
vena tersebut, yang tertekan oleh lig.ingunaile, juga arena dalam masa nifas
kadar fibrinogen tinggi.
Pada tromboflebitis femoralis terjadi edema
tungaki yang mulai pada jari kaki, betis, dan paha, bila tromboflebitis itu
mulai vena safena atau vena femoralis. Sebaiknya bila terjadi sebagai lanjutan
dari tromboflebitis pelvika, edem mulai terjadi pada paha dan kemudian turun ke
betis.
Tanda gejala
·
Keadaan
umum baik, suhu badan subfebris selama 7-10 Hari, kemudian suhu mendadak naik
kira kira pada hari ke 10-20 hariyang disertai dengan menggigil dan nyeri
sekali
·
Pada salah
satu kaki yang terkena biasanya kaki kiri akan memberikan tanda tanda sebagai
berikut
-
Kaki
sedikit dalam keaadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih
panas dibandingkan dengan kaki lainnya
-
Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada
paha bagian atas.
-
Nyeri hebat
pada lipat paha dan daerah paha
-
Reflektorik
akan terjadi spasmus arteria sehinnga kaki menjadi bengkak, tegang, putih ,nyeri dan panas dingin dan
pulsasi menurun
-
Edema
kadang kadang terjadi sebelum atau setelah nyeri dan pada umumnya terdapat pada
paha bagian atas, tetapi lebih sering dimulai dari jari jari kaki dan
pergelangan kaki, kemudian meluas dari bawah ke atas
Nyeri pada
betis,yang dapat terjadi spontan atau dengan memijat betis atau dengan
meregangkan tenda akhils(tanda human)
(Buku Acuan Nasional Pelayanan Kebidanan Maternal Neonatal hal :265)
Penanganan
·
Perawatan
Kaki ditinggikan untuk
mengurangi edema,lakukan kompresi pada kaki, setelah mobilisasi kaki hendaknya
tetap dibalut elastic atau memakai kaos kaki panjang yang elastic selama
mungkin.
·
Mengingat
kondisi ibu yang sangat jelek, sebaiknya jangan menyusui
·
Terapi
medic: pemberian antibiotika dan analgetika.
(Buku Acuan Nasional Pelayanan Kebidanan Maternal Neonatal hal
:265-266)
4. Infeksi
mamae
a. mastitis
Masa
nifas dapat terjadi infeksi dan peradangan parenkim kelenjar payudara(
mastitis). Mastitis bernanah dapat terjadi setelah minggu pertama pascasalin,
tetapi biasanya tidak sampai meleati minggu ke ketiga atau keempat. .(ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo 2011
hal : 652)
Tanda gejala
Gejala awal mastitis adalah demam yang
disertai menggigil, mialgia,nyeri, dan takikardi. Pada pemeriksaan payudara
membengkak, mengeras, lebih hangat, kemerahan dengan batas tegas, dan disertai
rasa sangat nyeri. Mastitis biasanya terjadi unilateral dan dapat terjadi 3
bulan pertama menyusui,tetapi jarang dapat terjadi selama ibu menyusui.
Kejadian mastitis berkisar 2-33% ibu menyusui dan lebih kurang10% kasus
mastitis akan berkembang menjadi abses(bernanah) dengan gejala yang berat. .(ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo 2011
hal : 656)
Predisposisi dan factor resiko adalah
primipara,stress,teknik menyusui yang salah sehingga pengosongan payudara tidak
terjadi dengan baik,pemakaian kutang yang terlalu ketat dan pengisapan bayi
kurang kuat dapat menyebabkan statis dan obstruksi kelenjar payudara. Adanya
luka pada putting payudara juga dapat menjadi factor resiko terjadinya
mastitis.
Mastitis dapat berasal dari luka pada
putting susu ataupun melalui pembulah darah. Kuman penyebab tersering adalah
stafilokokus auerus sebanyak 40%. Sumber utamanya adalah berasal dari hidung
dan mulut bayi melalui luka putting payudara saat menyusui.
Berdasarkan tempatnya mastitis dapat dibedakan menjadi :
-
mastitis
yang menyebabakan abses dibawah areola mamae
-
mastitis
ditengah payudara yang menyebabkan abses ditemoat itu
mastitis pada jaringan dibawah dorsal kelenjar kelenjar yang
menyebabkan abses antara payudara dan otot otot dibawahnya. .(ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo 2011
hal : 653)
Penanganan
Penanganan utama mastitis adalah
memulihkan keadaan dan mencegah terjadinya komplikasi yaitu
abses(bernanah) dan sepsis yang dapat
terjadi bila penanganan terlambat atau tidak tepat ataupun kurang efektif.
Laktasi tetap dianjurkan untuk dilanjutkan dan pengosongan payudara sangat
penting untuk keberlangsungan terapi. Pemberian suportif seperti bedrest,
pemberian cairan yang cukup, antinyeri dan antiflamasi sangat dianjurkan. Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6jam selama
10 hari. Bila diberikan sebelum terbentuk abses payudara biasanya keluahan akan
berkurang. Sangga payudara dan kompres dingin. Bila diperlukan parasetamol 500
mg per oral setiap 4 jam. Ikuti perkembangan nya selam 3 hari setelah pemberian pengobatan. .(ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo 2011
hal :652-653)
b. Abses
payudara
Merupakan komplikasi dari mastitis. Terjadi jika payudara
mengeluarkan abses atau bernanah pasa sbses payudara terdapat masa padat dan
mengeras di bawah kulit yang kemerahan.
Bila terjadi abses payudara dapat dilakukan insisi atau sayatan
untuk mengeluarkan nanahdan dilanjutkan denggan drainase dengan pipa/hanschoon
draine agar nanah dapat keluar terus.
-
Diperlukan
anastesi umum(ketamin)
-
Insisi
radial dari tengah dekat pinngir areola, ke pinggir supaya tidak memotong
saluran asi
-
Pecahkan
kantong pus dengan tissue forceps atau
jaringan tangan
-
Pasang
tampon dan drain
-
Berikan
kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari
-
Sangga
payudara
-
Kompres
dingin
-
Berika
parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali jika diperlukan
-
Ibu tidak
diperbolehkan untuk memberikan ASI kepada bayinya
-
Lakukan
foolow up setelah pemberian pengobatan
selama 3 hari
(Buku Acuan Nasional Pelayanan Kebidanan Maternal Neonatal hal :263)
5.
Infeksi perineum
Infeksi pada luka episiotomi merupakan
keadian yang cukup jarang tejadi terutama sejak diperkenalkan panduan asuhan
persalinan normal dimana tindakan
episiotomy bukan merupakan tindakan yang rutin dikerjakan saat persalinan pervaginam.
Infeksi yang berat mungkin terjadi pada ibu yang mengalami robekan perineum
tingkat IV. Meskipun syok septic yang
berat jarang terjadi, masih didapatkan syok septic yang disebabkan oleh infeksi
luka episiotomy
Gejala klinik
Keluahan yang sering muncul ialah nyeri
pada daerah yang terinfeksi dan disuria, dengan disertai atau tanpa diserti
retensi urine. Gejala yang sering ditemui adalah nyeri,fluor yang purulen dan
demam. Pada kasus yang berat seluruh vulva akan mengalami odem,ulserasi,dan
tertutup oleh eksudat.
Penatalaksanaan
Sebagaimana pada kasus infeksi
lainnya,penatalaksanaan adalah drainase dan pemberian antibiotika yang adekuat.
Bila didapatkan pus atau cairan pada luka, buka dan lakukan pengeluaran.
Pada sebagian besar kasus biasanya dilakukan pelepasan benang
jahitan episiotomi dan lakukan debridemen. Bila infeksi sedikit tidak perlu
diberi antibiotika.
Bila infeksi relative superficial,
berikan ampisilin 500 mg per oral tiap 6 jam dan metronidazol 500 mg peroral
tiap 3 kali/hari selam 5 hari. Bila infeksi dalam dan melibatkan otot dan
menyebabkan nekrosis beri penisilin G 2 juta U IV tiap 4 jam(atau ampisilin inj
1 gr 4x/hari) ditambah dengan gentamisin 5 mg/kg BB perhari IV sekali ditambah
denagn metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam, samapai bebas panas selama 24 jam .
bila ada jaringan nekrotik harus dibuang.lakukan penjahitan sekunder 2-4 minggu
setelah onfeksi membaik. Dan berikan konseling pada ibu untuk kebersihan dan
pemakaian pembalut yang bersih dan sering diganti. (ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo 2011 hal :651)
B.
PERDARAHAN POSTPARTUM.
1. Atonia uteri
Atonia uteri adalah keadaan
lemahnya tonus atau kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup
perdarahan terbuka dari tempat implantasi placenta setelah bayi dan placenta lahir
(Buku Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo, 524)
Atonia uteri adalah kegagalan serabut-serabut otot miometrium uterus untuk
berkontraksi dan memendek. Hal ini merupakan penyebab perdarahan postpartum
yang paling penting dan biasa terjadi segera setelah bayi lahir hingga 4 jam
setelah persalinan. Atonia uteri dapat menyebabkan perdarahan hebat dan dapat
mengarah pada terjadinya syok hipovolemik. (Buku OBSGYN obstetric dan
ginekologi untuk kebidanan dan keperawatan, 229)
Jadi,
Atonia uteri adalah kegagalan serabut-serabut otot miometrium uterus untuk
berkontraksi dan memendek yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup
perdarahan terbuka dari tempat implantasi placenta setelah bayi dan placenta
lahir.
Langkah-langkah rinci
penatalaksanaan atonia uteri pascapersalinan.
No.
|
Langkah
|
Keterangan
|
1.
|
Lakukan masase fundus uteri segera setelah plasenta dilahirkan
|
Masase merangsang kontraksi uterus. Sambil melakukan masase sekaligus
dapat dilaku-kan penilaian kontraksi uterus
|
2.
|
Bersihkan kavum uteri dari selaput ketuban dan gumpalan darah.
|
Selaput ketuban atau gumpalan darah dalam kavum uteri akan dapat
menghalangi kontraksi uterus secara baik
|
3.
|
Mulai lakukan kompresi bimanual interna. Jika uterus berkontraksi
keluarkan tangan setelah 1-2 menit. Jika uterus tetap tidak berkontraksi
teruskan kompresi bimanual interna hingga 5 menit
|
Sebagian besar atonia uteri akan teratasi dengan
tindakan ini. Jika kompresi bimanual tidak berhasil setelah 5 menit,
diperlukan tindakan lain
|
4.
|
Minta keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksterna
|
Bila penolong hanya seorang diri, keluarga dapat meneruskan proses
kompresi bimanual secara eksternal selama anda melakukan langkah-langkah
selanjutnya.
|
5.
|
Berikan Metil ergometrin 0,2 mg intramuskular/ intra
vena
|
Metil ergometrin yang diberikan secara intramuskular
akan mulai bekerja dalam 5-7 menit dan menyebabkan kontraksi uterus
Pemberian intravena bila sudah terpasang infus
sebelumnya
|
6.
|
Berikan infus cairan larutan Ringer laktat dan Oksitosin 20 IU/500 cc
|
Anda telah memberikan Oksitosin pada waktu penatalaksanaan aktif kala
tiga dan Metil ergometrin intramuskuler. Oksitosin intravena akan bekerja
segera untuk menyebabkan uterus berkontraksi.
Ringer Laktat akan membantu memulihkan volume cairan yang hilang selama
atoni. Jika uterus wanita belum berkontraksi selama 6 langkah pertama, sangat
mungkin bahwa ia mengalami perdarahan postpartum dan memerlukan penggantian
darah yang hilang secara cepat.
|
7.
|
Mulai lagi kompresi bimanual interna atau
Pasang tampon uterovagina
|
Jika atoni tidak teratasi setelah 7 langkah pertama, mungkin ibu
mengalami masalah serius lainnya.
Tampon uterovagina dapat dilakukan apabila penolong telah terlatih.
Rujuk segera ke rumah sakit
|
8.
|
Buat persiapan untuk merujuk segera
|
Atoni bukan merupakan hal yang sederhana dan
memerlukan perawatan gawat darurat di fasilitas dimana dapat dilaksanakan
bedah dan pemberian tranfusi darah
|
9.
|
Teruskan cairan
intravena hingga ibu mencapai tempat rujukan
|
Berikan infus 500
cc cairan pertama dalam waktu 10 menit. Kemudian ibu memerlukan cairan
tambahan, setidak-tidaknya 500 cc/jam pada jam pertama, dan 500 cc/4 jam pada
jam-jam berikutnya. Jika anda tidak mempunyai cukup persediaan cairan
intravena, berikan cairan 500 cc yang ketiga tersebut secara perlahan, hingga
cukup untuk sampai di tempat rujukan. Berikan ibu minum untuk tambahan rehidrasi.
|
10.
|
Lakukan laparotomi :
Pertimbangkan antara
tindakan mempertahankan uterus dengan ligasi arteri uterina/ hipogastrika
atau histerektomi
|
Pertimbangan antara
lain paritas, kondisi ibu, jumlah perdarahan.
|
www.dewdewdheewidheewi.blogspot.com
Kompresi Bimanual Internal
Letakan satu tangan anda pada dinding perut, dan
usahakan untuk menahan bagian belakang uterus sejauh mungkin. Letakkan tangan
yang lain pada korpus depan dari dalam vagina, kemudian tekan kedua tangan
untuk mengkompresi pembuluh darah di dinding uterus. Amati jumlah darah yang
keluar yang ditampung dalam pan. Jika perdarahan berkurang, teruskan kompresi,
pertahankan hingga uterus dapat berkontraksi atau hingga pasien sampai di
tempat rujukan. Jika tidak berhasil, cobalah mengajarkan pada keluarga untuk
melakukan kompresi bimanual eksternal sambil penolong melakukan tahapan
selanjutnya untuk penatalaksaan atonia uteri. www.dewdewdheewidheewi.blogspot.com
Gambar 1. Kompresi bimanual
internal
.
Kompresi Bimanual Eksternal
Letakkan satu tangan anda pada dinding perut, dan
usahakan sedapat mungkin meraba bagian belakang uterus. Letakan tangan yang
lain dalam keadaan terkepal pada bagian depan korpus uteri, kemudian rapatkan
kedua tangan untuk menekan pembuluh darah di dinding uterus dengan jalan
menjepit uterus di antara kedua tangan tersebut.
www.dewdewdheewidheewi.htm
Garnbar 2. Kompresi bimanual eksternal
Perdarahan oleh karna atonia uteri dapat
dicegah dengan :
·
Melakukan secara rutin
manajemen aktif kala III pada semua wanita yang bersalin karna hal ini dapat
menurunkan insiden perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri.
·
Pemberian misoprostol
per oral 2-3 tablet (400-600mg) segera setelah bayi lahir
(buku Ilmu Kebidanan Sarwono
Prawirohardjo, 524)
2.
Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga
lahirnya atau lebih dari 30 menit setelah bayi lahir ( Buku Ajar OBSTETRI untuk
mahasiswa kebidanan, 158)
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran
plasenta selama setengah jam setelah persalinan bayi
(www.dewdewdheewidheewi.htm)
Jadi, retensio plasenta
adalah plasenta yang belum lahir lebih
dari 30 menit setelah bayi lahir
Klasifikasi
Retensio terdiri dari beberapa jenis,
antara lain :
·
placenta
adhesiva adalah implantasi
yang kuat dari jonjot korion placenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme
separasi fisiologis
·
placenta
inkreta adalah implantasi
jonjot korion placenta hingga mencapai atau melewati lapisan miometrium
·
placenta
akreta adalah implantasi
jonjot korion placenta hingga mencapai sebagian lapisan miometrium
·
placenta
perkreta adalah implantasi
jonjot korion placenta yang menembus lapisan miometrium hingga mencapai lapisan
serosa dinding uterus
·
placenta
inkarserata adalah tertahannya
placenta di dalam kavum uteri, disebabkan oleh konstriksi oestium uteri
( Buku Ajar Obstetri untuk mahasiswa kebidanan,
159)
Penanganan Retensio
Plasenta menurut (www.dewdewdheewidheewi.htm)
Melalui
periksa dalam atau tarikan pada tali pusat dapat diketahui apakah plasenta
sudah lepas atau belum dan bila lebih dari 30 menit maka kita dapat melakukan
plasenta manual. Placenta Manual adalah tindakan untuk melenas placenta secara
manual ( menggunakan tangan ) dari tempat implantasinya dan kemudian
melahirkannya keluar dari kavum uteri.
Prosedur plasenta manual sebagai
berikut:
a. Persiapan
1.
Pasang set dan cairan
infus, berikan garam fisiologik atau cairan ringer laktat 60 tetes/menit
2.
Jelaskan
pada ibu prosedur dan tujuan tindakan ( persetujuan tindakan medis)
3.
Lakukan
anestesi verbal atau berikan sedativa dan analgetika
4.
Siapkan
dan jalankan prosedur pencegahan infeksi
b. Tindakan penetrasi ke dalam kavum uteri
5.
Pastikan
kandung kemih dalam keaadaan kosong
6.
Jepit
tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva, tegangkan dengan satu
tangan sejajar lantai
7.
Secara
obstetrik, masukan tangan lainnya ( punggung tangan menghadap kebawah) kedalam
vagina dengan menelusuri sisi bawah tali pusat
8.
Setelah
mencapai bukaan serviks, minta seorang asisten/penolong lalin untuk memegangkan
klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar untuk menahan fundus uteri
9.
Sambil
menahan fundus uteri, masukan tanga dalam hingga ke kavum uteri seingga
mencapai tempat implantasi plasenta
10.
Bentangkan
tangan obstetrik menjadi datar seperti memberi salam ( ibu jari merapat ke jari
telunjuk dan jari jari lain saling merapat
c. Melepas plasenta dari dinding uterus
11.
Tentukan
implantasi plasenta, temukan tepi plasenta paling bawah.
a.
Bila
plasenta berimplantasi di korpus belakang, tali pusat tetap disebelah atas dan
sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan dinding uterus dimana
punggung tangan menghadap kebawah ( posterior ibu )
b.
Bila
korpus depan maka pindahkan tangan kesebelah atas tal pusat dan sisipkan ujung jari
jari tangan diantara plasenta dan dinding uterus dimana punggung tangan
menghadap ke atas ( anterior ibu )
12.
Setelah
ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uteru maka perluas
pelepasan plaenta dengan jalan menggeser tangan ke kanan dan ke kiri sambl
digeserkan ke atas ( kranial ibu) hingga semua perlekatan plasenta terlepas
dari dindin uterus
Catatatan :
·
bila
tepi plasenta tidak teraba atau plasenta berada pada dataran yang sama tinggi
dengan dinding uterus maka hentikan upaya plasenta manual karena hal itu
menunjukan plasenta inkreta ( tertanam dalam miometrium)
·
Bila
hanya sebagian dari implantasi plasenta dapat dilepaskan dan bagian lainnya
melekat erat maka hentikannlah pula plasenta manual karena hal tersebut adalah
plasenta akreta. Untuk keadaan ini sebaiknya ibu diberi utero tonika
tambahan ( misoprostol 600 mcg per rektal ) sebelu dirujuk ke fasilitas rujukan
d. Mengeluarkan Plasenta
13.
Sementara
satu tangan masih di dalam kavum uteri lakuakan eksplorasi untuk menilai tidak
ada sisa plasenta yang tertinggal
14.
Pindahkan
tangan luar dari fundus ke supra simfisis( tahan segmen bawah uteru) kemudian
instruksikan asisten/penolong untuk menarik tali pusat tangan dalam membawa
plasenta keluar ( hindari terjadinya percikan darah)
15.
Lakukan
penekanan ( dengan tanga yang menahan surpra simfisis) uterus ke arah dorso
kranial setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan plasenta didalam wadah yang
telah disediakan
e. Pencegahan infeksi pascatindakan
16.
Dekontaminasi
sarung tangan ( sebelum dilepaskan 0 dan peralatan lain yang digunakan
17.
Lepaskan
dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya di dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit
18.
Cuci
tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
19.
Keringkan
tangan dengan handuk bersih dan kering
f. Pemantauaan pascatindakan
20.
Periksa
kembali tanda vital ibu
21.
Catat
kondisi ibu dan dokumentasi
22.
Tuliskan
rencana pengobatan, tindakan yang maÃz diperlukan dan asuhan lanjutan
23.
Beritahuakan
pada ibu dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai tetapi ibu maÃz
memerlukan pemantauan dan asuhan lanjutan
24.
Lanjutan
pemantauan ibu ingá 2 jam pasca indagan sebelum pindah ke ruang rawat gabung
Setelah plasenta dilahirkan dan diperiksa bahwa
plasenta lengkap, segera dilakukan kompresi bimanual uterus interna dan
disuntikkan oksitosin 10 IU IM atau Ergometrin 0.2 mg IM atau IV sampai
kontraksi uterus baik. Pada kasus retensio
plasenta, risiko atonia uteri tinggi oleh karena itu harus segera dilakukan
tindakan pencegahan perdarahan postpartum.
Apabila kontraksi rahim tetap buruk, dilanjutkan dengan tindakan sesuai
prosedur tindakan pada atonia uteri.
Plasenta akreta ditangani dengan histerektomi oleh karena itu harus dirujuk ke rumah sakit
3.
Robekan jalan lahir
a. Definisi
Perdarahan dalam keadaan
di mana plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi rahim baik, dapat dipastikan
bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan jalan lahir
(www.dewdewdheewidheewi.blogspot.com)
Robekan yang terjadi karna persalinan dengan trauma. Robekan jalan lahir
biasanya akibat episiotomi, robekan spontan perineum, trauma forsep atau vakum
ekstraksi, atau karena versi ekstraksi ((buku Ilmu Kebidanan Sarwono
Prawirohardjo, 526)
Jadi, robekan jalan lahir adalah perdarahan yang terjadi karna perlukaan
jalan lahir akibat persalinan dengan trauma seperti akibat episiotomi, robekan
spontan perineum, trauma forsep atau vakum ekstraksi, atau karena versi
ekstraksi.
Klasifikasi robekan jalan lahir menurut ( www.dewdewdheewidheewi.blogspot.com)
terdiri dari:
·
Robekan Perineum
Dibagi atas 4 tingkat
Tingkat I :
robekan hanya pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa
mengenai kulit perineum
Tingkat II :
robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot perinei transversalis,
tetapi tidak mengenai sfingter ani
Tingkat III : robekan mengenai seluruh perineum
dan otot sfingter ani
Tingkat IV: robekan
sampai mukosa rektum
Penanganan
1)
Episiotomi,
robekan perineum, dan robekan vulva
Ketiga jenis
perlukaan tersebut harus dijahit.
a)
Robekan
perineum tingkat I
Penjahitan
robekan perineum tingkat I dapat dilakukan
dengan memakai catgut yang dijahitkan secara jelujur atau dengan cara jahitan
angka delapan (figure of eight).
b) Robekan perineum tingkat II
Sebelum
dilakukan penjahitan pada robekan perineum tingkat I atau tingkat II, jika
dijumpai pinggir robekan yang tidak rata atau bergerigi, maka pinggir yang
bergerigi tersebut harus diratakan terlebih dahulu. Pinggir robekan sebelah
kiri dan kanan masing-masing dijepit dengan klem terlebih dahulu, kemudian
digunting. Setelah pinggir robekan rata, baru dilakukan penjahitan luka
robekan.
Mula-mula
otot-otot dijahit dengan catgut, kemudian selaput lendir vagina dijahit dengan
catgut secara terputus-putus atau delujur. Penjahitan mukosa vagina dimulai
dari puncak robekan. Sampai kulit perineum dijahit dengan benang catgut secara
jelujur.
c)
Robekan
perineum tingkat III
Pada
robekan tingkat III mula-mula dinding depan rektum yang robek dijahit, kemudian
fasia perirektal dan fasial septum rektovaginal dijahit dengan catgut kromik,
sehingga bertemu kembali. Ujung-ujung otot sfingter ani yang terpisah akibat
robekan dijepit dengan klem / pean lurus, kemudian dijahit dengan 2 – 3 jahitan
catgut kromik sehingga bertemu lagi. Selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis seperti
menjahit robekan perineum tingkat II.
d)
Robekan
perineum tingkat IV
Pada robekan perineum tingkat IV karena tingkat
kesulitan untuk melakukan perbaikan cukup tinggi dan resiko terjadinya gangguan
berupa gejala sisa dapat menimbulkan keluhan sepanjang kehidupannya, maka
dianjurkan apabila memungkinkan untuk melakukan rujukan dengan rencana tindakan
perbaikan di rumah sakit kabupaten/kota
·
Robekan serviks dapat terjadi di satu tempat atau lebih. Pada kasus
partus presipitatus, persalinan sungsang, plasenta manual, terlebih lagi
persalinan operatif pervaginam harus dilakukan pemeriksaan dengan spekulum
keadaan jalan lahir termasuk serviks . Robekan serviks paling sering terjadi
pada jam 3 dan 9. Bibir depan dan bibir belakang serviks dijepit dengan klem
Fenster. Kemudian serviks ditarik sedikit untuk menentukan letak robekan dan
ujung robekan. Selanjutnya robekan dijahit dengan catgut kromik dimulai dari
ujung robekan untuk menghentikan perdarahan.
C. GANGGUAN PSIKOLOGIS MASA
NIFAS
1. Post Partum
Blues
Postpartum Blues adalah suatu gangguan
psikologis sementara yang ditandai dengan memuncaknya emosi pada minggu pertama
setelah melahirkan. Suasana hati yang paing utama adalah kebahagiaan, namun
emosi penderita menjadi labil (Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas, hal 48).
Keadaan
dimana ibu merasa sedih berkaitan dengan
bayinya disebut baby blues. Penyebabnya antara
lain: perubahan perasaan saat hamil, perubahan fisik dan emosional. Perubahan yang ibu alami akan
kembali secara perlahan setelah beradaptasi dengan peran barunya (www.lusa.web.id).
Post partum blues merupakan problem psikis sesudah
melahirkan seperti kemunculan kecemasan, labilitas perasaan dan depresi pada
ibu. Biasanya terjadi secara teori terjadi mulai minggu ke-4 (http://tribudiyantiwr.html).
Kesimpulannya,
postpartum blues atau baby blues merupakan gangguan psikologis setelah
melahirkan seperti kemunculan kecemasan, labilitas perasaan dan depresi pada
ibu.
Gejala yang dapat muncul yaitu insomnia,
sering menangis, depresi, cemas, konsentrasi menurun, dan mudah marah. Penderita
dapat menangis selama beberapa jam kemudian kembali normal, lalu menangis lagi
pada hari berikutnya. Kecemasan sangat menonjol pada keadaan ini akibat ibu
terlalu khawatir, bahkan terobsesi pada kesehatan dan kesejahteraan bayinya.
Ibu mungkin menganggap bayi sebagai beban baginya, sehingga hal ini menimbulkan
kecemasan dan perasaan bersalah pada diri ibu alau jarang ditemui ibu yang
benar-benar memusuhi bayinya, namun dapat juga sebaliknya memiliki perasaan
takut yang berlebihan bahwa ia akan membahayakan bayinya (Asuhan Kebidanan pada
Masa Nifas, hal 48).
Gejala
baby blues antara lain:
- Menangis
- Perubahan perasaan
- Cemas
- Kesepian
- Khawatir dengan bayinya
- Penurunan libido
- Kurang percaya diri (www.lusa.web.id)
Hal-hal
yang disarankan pada ibu adalah sebagai berikut:
- Minta bantuan suami atau keluarga jika ibu ingin istirahat
- Beritahu suami tentang apa yang dirasakan oleh ibu
- Buang rasa cemas dan khawatir akan kemampuan merawat bayi
- Meluangkan waktu dan cari hiburan untuk diri sendiri (www.lusa.web.id)
Penanganan :
1.
Komunikasikan segala permasalahan atau hal lain
yang ingin di ungkapkan
2.
Bicarakan rasa cemas yang dialami
3.
Bersikap tulus dan ikhlas dalam menerima
aktifitas dan peran baru setelah melahirkan
4.
Bersikap fleksibel dan tidak terlalu
perfectsionis dalam mengurus bayi dan rumah tangga
5.
Belajar tenang dan menarik nafas panjang dan
meditasi
6.
Kebutuhan istirahat yang cukup
7.
Tidurlah ketika bayi sedang tidur
8.
Berolahraga ringan
9.
Bergabung dengan kelompok ibu-iu baru
10. Dukungan tenaga
kesehatan, suami, keluarga, teman, teman sesama ibu
11. Konsultasikan kepada
dokter atau rang yang professional agar dapat meminimalisir faktor resiko
lainnya
Pencegahan terjadinya Post Partum Blues :
1.
Persiapan diri yang baik
2.
Olahraga dan nutrisi yang cukup
3.
Support mental dan lingkungan sekitar
4.
Ungkapkan apa yang dirasakan
5.
Mencari informasi tentang depresi post partum
6.
Menghindari perubahan hidup yang drastic
7.
Melakukan pekerjaan rumah tangga dapat membantu
menghilangkan gejolak emosi yang timbul pada periode post partum (http://tribudiyantiwr.html).
Pengobatan umumnya tidak menyertakan
obat- obatan, hanya berfokus pada pemberian dukungan dan penentraman hati serta
terus memantau tanda- tanda gejala bertambah parah. (Asuhan Kebidanan pada Masa
Nifas, hal 48)
2. Depresi
Pascapartum
Postpartum depression berhubungan dengan depresi yang dialami wanita selama kehamilan, single
parent, konsumsi rokok dan/atau obat- obatan terlarang selama masa kehamilan,
muntah- muntah hebat, menderita suatu penyakit selama kehamilan, kelainan
psikologis lain sebelumnya yang mempengaruhi, serta adanya riwayat postpartum depression pada kehamilan
terdahulu (Asuhan Kebidanan pada Masa
Nifas, hal 48)
Depresi post
partum adalah gangguan emosional pasca persalinan yang bervariasi, terjadi pada
10 hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung terus-menerus sampai 6
bulan atau bahkan sampai satu tahun. (poizoneya.html)
Depresi postpartum adalah gangguan emosional pasca
persalinan pada 10 hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung
terus-menerus sampai 6 bulan atau bahkan sampai satu tahun berhubungan dengan
depresi yang dialami wanita selama kehamilan, serta adanya riwayat postpartum depression pada kehamilan
terdahulu.
Etiologi :
1)
Faktor
Konstitusional
2)
Faktor
fisik
3)
Faktor
psikologis
4)
Faktor
sosial (http://tribudiyantiwr.html)
Klasifikasi Depresi Post
partum :
1)
Depresi
ringan (kemurungan)
2)
Depresi
sedang/moderat (perasaan tak berpengharapan)
3)
Depresi
berat (terpisah dari realita)
(http://tribudiyantiwr.html)
Gejala depresi pascapartum, suatu
masalah serius pada banyak wanita, dapat muncul kapan saja selama tahun pertama
kelahiran bayi.sumbe distress terbesar bagi ibu bukan hanya depresi, tetapi
juga iritabilitas, rasa letih, marah, cemas, dan sedih. Semua ini dapat
mempengaruhi kemampuan ibu berespons dan berhubungan dengan bayinya dan anak
lain. Pikiran bunuh diri dan melukai bayi dapat muncul. Depresi pascapartum
haru dapat dibedakan dari postpartum blues, suatu periode pendek kelabilan
emosi sementara yang biasa terjadi menjelang akhir minggu pascapartum pertama
dan berlangsung hanya satu sampai dua hari. Depresi ini juga harus dibedakan
dari psikosis pascapartum, sutau kondisi yang mencakup deprsi unipolar, bipolar
atau skizofrenia. (Asuhan Prenatal dan Pascapartum, hal 182)
Adapun
gejala dari depresi post partum adalah:
- Sering menangis
- Sulit tidur
- Nafsu makan hilang
- Gelisah
- Perasaan tidak berdaya atau hilang kontrol
- Cemas atau kurang perhatian pada bayi
- Tidak menyukai atau takut menyentuh bayi
- Pikiran menakutkan mengenai bayi
- Kurang perhatian terhadap penampilan dirinya sendiri
- Perasaan bersalah dan putus harapan (hopeless)
- Penurunan atau peningkatan berat badan
- Gejala fisik, seperti sulit bernafas atau perasaan berdebar-debar(www.lusa.web.id)
Sekitar 10% kasus depresi pascapartum
disebabkan oleh tiroiditis pascapartum, suatu kondisi sementara yang biasanya
hilang spontan setelah satu sampai enam bulan. Namun, satu dari empat wanita
akhirnya mengalami kondisi hipotiroid kronis. Apabila depresi pascapartum
terjadi, pemeriksaan tiroid harus dilakukan untuk menyingkirkan status
hipertiroid atau hipotiroid kronis. Apabila depresi pascapartum terjadi,
pemeriksaan tiroid harus dilakukan untuk menyingkirkan status hipertiroid atau
hipotiroid sebagai penyebab gejala. Medikasi untuk mengobati keduanya
seringkali bermanfaat sementara gejala muncul. Tiroiditis pascapartum cenderung
kambuh pada kehamilan berikutnya. (Asuhan Prenatal dan Pascapartum, hal
182-183)
Beberapa
faktor predisposisi terjadinya depresi post partum adalah sebagai berikut:
- Perubahan hormonal yang cepat (yaitu hormon prolaktin, steroid, progesteron dan estrogen)
- Masalah medis dalam kehamilan (PIH, diabetus melitus, disfungsi tiroid)
- Karakter pribadi (harga diri, ketidakdewasaan)
- Marital dysfunction atau ketidakmampuan membina hubungan dengan orang lain
- Riwayat depresi, penyakit mental dan alkoholik
- Unwanted pregnancy
- Terisolasi
- Kelemahan, gangguan tidur, ketakutan terhadap masalah keuangan keluarga, kelahiran anak dengan kecacatan/penyakit (www.lusa.web.id)
Penyakit ini dapat disembuhkan dengan obat-obatan atau konsultasi dengan psikiater. Perawatan di rumah sakit akan diperlukan apabila ibu mengalami depresi
berkepanjangan (www.lusa.web.id)
Medikasi psikotropika sering kali
diindikasikan dan dapat, setidaknya pada awalnya, lebih dipilih daripada
psikoterapi karena dibutuhkan waktu yang lama untuk menunggu hasil efektif
suatu psikoterapi (Asuhan Prenatal dan Pascapartum, hal 182-183).
Beberapa
intervensi yang dapat membantu ibu terhindar dari depresi post partum antara lain:
- Pelajari diri sendiri
- Tidur dan makan yang cukup
- Olahraga
- Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan
- Beritahukan perasaan Anda
- Dukungan keluarga dan orang lain
- Persiapan diri yang baik
- Lakukan pekerjaan rumah tangga
- Dukungan emosional
- Dukungan kelompok depresi post partum
- Bersikap tulus ikhlas dalam menerima peran barunya (poizoneya.blogspot.com)
Perawatan Depresi Post Partum
o
Terapi bicara : adalah sesi bicara dengan
terapis, psikolog atau pekerja sosial untuk mengubah apa yang difkir, rasakan
dan lakukan oleh penderita akibat menderita depresi.
o
Obat medis : obat anti depresi yang diresepkan
oleh dokter.
3.
Post Partum Psikosa
Post partum psikosa dalah depresi yang terjadi pada
minggu pertama dalam 6 minggu setelah melahirkan.Disebabkan karena wanita
menderita bipolar disorder atau masalah psikiatrik lainnya yang disebut
schizoaffektif disorder. Wanita tersebut mempunyai resiko tinggi untuk terkena
post partum psikosa (poizoneya.html).
Post Partum Psikosa merupakan depresi yang
terjadi pada minggu pertama dalam 6 minggu setelah melahirkan.Disebabkan karena
wanita menderita bipolar disorder atau masalah psikiatrik lainnya yang disebut
schizoaffektif disorder. Wanita tersebut mempunyai resiko tinggi untuk terkena
post partum psikosa. Dan Gejala yang sering terjadi adalah delusi, halusinasi,
gangguan saat tidur, obsesi mengenai bayi (http://nifaspatologi.html)
Gejala yang sering terjadi adalah:
1. Delusi
2. Halusinasi
3. Gangguan saat tidur
4. Obsesi mengenai bayi (poizoneya.html)
Gambaran Klinik, Pencegahan Dan Penatalaksanaan
Pada wanita yang menderita penyakit ini dapat terkena
perubahan mood secara drastis, dari depresi ke kegusaran dan berganti menjadi
euforia dalam waktu singkat. Penderita kehilangan semangat dan kenyamanan dalam
beraktifitas,sering menjauhkan diri dari teman atau keluarga, sering mengeluh
sakit kepala dan nyeri dada, jantung berdebar-berdebar serta nafas terasa
cepat.
Untuk mengurangi jumlah penderita ini sebagai anggota
keluarga hendaknya harus lebih memperhatikan kondisi dan keadaan ibu serta
memberikan dukungan psikis agar tidak merasa kehilangan perhatian (www.lusa.web.id).
Saran kepada penderita untuk:
1. Beristirahat cukup
2. Mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang
3. Bergabung dengan orang-orang yang baru
4. Bersikap fleksibel
5. Berbagi cerita dengan orang terdekat
Penatalaksanaan psikosis post partum adalah:
- Pemberian anti depresan
- Berhenti menyusui
- Perawatan di rumah sakit (www.lusa.web.id)
DAFTAR
PUSTAKA
Mochtar, Rustam. 1998.
Sinopsis Obstetri jilid 1 Edisi 2. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran ECG
Nugroho,
Taufan.2009.Obstetri dan Ginekologi Untuk Kebidanan dan Keperawatan
.Jakarta.NuMed
Nugroho, Taufan.2008.Buku
Ajar Obstetri Untuk Kebidanan.Jakarta.NuMed
Prawirohardjo,
Sarwono.2006.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal.Jakarta.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Prawirohardjo, Sarwono.2011.Ilmu
Kebidanan.Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Saleha, Siti.2010. Asuhan
Kebidanan Pada Masa Nifas.Jakarta.Salemba Medika
Wheleer, Linda.2004.Buku
Saku Asuhan Prenatal Dan Pascapartum.Jakarta.Penerbit Buku Kedokteran ECG
http://Lusa.web.id
http://Poizoneya.blogspot.com
http://nifaspatologi.blogspot.com