TANDA GEJALA DAN PENANGANAN PADA CERVIKSITIS,
ENDOMETRITIS, ENDOMETRIOSIS, MIOMETRITIS, PARAMETRITIS, ADNEXITIS, PERITONITIS,
PELVIKSITIS, KELAINAN PADDA OVARIUM, DAN SALPINGITIS
DISUSUN OLEH :
ECI KURNIA SARI
JEANNY RUSMAN
SITI UTARI HEPRIMA
YULIAWATI
TK III REGULER
POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
TANJUNG KARANG
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN AJARAN
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur
penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT , karena berkat dan karuniaNYA yang telah
memberi petunjuk dan hidayahNYA kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan ini selesai
tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah turut serta dalam membantu penulis dalam menyelesaikan
penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, oleh sebab itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan
makalah ini.
Akhirnya,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca ada
umumnya.
Bandar
Lampung, Oktober 2013
Penulis
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pada wanita terdapat hubungan dari
dunia luar dengan rongga peritonum melalui vulva, vagina, uterus dan tuba
fallopii. Untuk mencegah terjadinya infeksi dari luar dan untuk menjaga jangan
sampai infeksi meluas, masing - masing alat traktus genitalis memiliki mekanisme
pertahanan.
Radang atau infeksi pada alat - alat genetalia dapat timbul secara akut
dengan
akibat meninggalnya penderita, atau penyakit bisa sembuh
sama sekali tanpa
bekas, atau dapat meninggalkan bekas seperti penutupan
lumen tuba.
Penyakit
akut juga bisa menjadi menahun, atau penyakit dari permulaan sudah
menahun.Infeksi pada uterus menjalar ke tuba Fallopii dan rongga peritonium
melalui 2 jalan. Pada makalah ini akan dibahas mengenai miometritis atau radang
miometrium yang merupakan kelanjutan dari penyakit endometritis beserta dengan penanganannya.
B. Tujuan
Agar penulis dapat mengerti dan
paham tentang Asuhan kebidanan pada infeksi radang genetalia interna, khususnya
tentang serviksitis,
endometritis, endometriosis, miometrosis, parametritis, adnexitis, peritonitis,
pelviksitis, kelainan pada ovarium, dan salpingitis beserta dengan penatalaksanaannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
CERVISITIS
Cervicitis ialah radang dari selaput
lendir canalis servikalis . karena epitel selaput lendir canalis servikalis
hanya terdiri dari satu lapisan sel silindris maka lebih mudah terkena infeksi
dibandingkan dengan selaput lendir vagina . ( ginekologi edisi 2 )
Cervisitis adalah suatu proses peradangan yang melibatkan
epitel serviks dan stroma yang
mendasarinya sering di jumpai
bersamadenga vaginitis atau sebagai suatu manifestasi penyakit penyakit yang
ditularkan melalui hubungan seks. Cervisitis karena tricomonas vaginalis ,
candid albicans dan gardnerella vaginalis dapat merupakan manifestasi minor
vaginitis (ginekologi greenhill edisi 10)
Gejala
Cervicitis
biasanya tidak menunjukkan gejala yang khas, bahkan bisa tanpa gejala.
Pada stadium lanjut sering memberikan gejala : perdarahan post coitus,
keputihan abnormal, perdarahan sesudah mati haid (menopause) serta keluar
cairan abnormal (kekuning-kuningan, berbau dan bercampur darah).
-
Flour hebat biasanya
kental atau purulent dan kadang-kadang berbau.
-
Sering menimbulkan
erosio pada portio yang nampak sebagai daerah yang merah menyala .
-
Pada pemeriksaan in
speculo kadang-kadang dapat dilihat fluor yang purulent keluar dari canalis
servikalis , kalau portio normal tidak ada eruption maka harus diingat
kemungkinan gonorhoe
-
Sekunder dapat rejadi
kolpitis dan vulvitis
Pada servisitis yang
kronik kadang-kadag dapat dilihat bintik putih dalam daerah selaput lendir yang
merah karena infeksi . bintik-bintik ii disebut ovula nabothii dan disebabkan
oleh retensi kelenjar-kelenjar servik karena saluran keluarnya tertutup oleh pengisutan
dari luka serviks atau karena radang
Terapi
·
Antibiotika terutama jika dapat ditemukan
gonococcus dalam sekret.
·
Jika serviks tidak spesifik didapat diobati
dalam argentetas nertra 10% atau albothyl yang menyebabkan dengaa epitel
silindris dengan harapan bahwa kemudian diganti dan epitel gepeng berlapis
banyak.
·
Kauterisasi radial dengan termokauter atau
dengan krioterapi , sesudah kauterisasi terjadi nekrosis jaringan yang meradang
terlepas dalam kira-kira 2 minggu dan diganti lambat laun oleh jaringan yang
sehat . jika radang menahun mencapai endoserviks jauh kedalam kanalis
servikalis perlu dilakukan konisasi dengan mengangkat sebagian besar mukosa
endoserviks . jika sobekan dan infeksi sangat luas perlu dilakukan amputasi
serviks.
·
Obati tiap erosi serviks
B.
ENDOMETRITIS
Endometritis adalah suatu peradangan
endometrium yang biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri pada jaringan (
Ben-zion Tuber, 1994 ).
Endometritis
adalah infeksi pada endometrium atau yang disebut lapisan dalam dari rahim. ( Prof.dr.Ida
Bagus, ).
Endometritis
adalah infeksi atau desidua endometrium, dengan ekstensi ke miometrium dan
jaringan parametrial.
Tanda-tanda Endometritis
Tanda dan gejala endometritis antara lain
:
1. Peningkatan demam secara persisten
hingga 40 derajat celcius. Tergantung pada keparahan infeksi.
2. Takikardia
3. Menggigil dengan infeksi berat
4. Nyeri tekan uteri menyebar secara
lateral
5. Nyeri panggul dengan pemeriksaan
bimanual
6. Subinvolusi
7. Lokhia sedikit, tidak berbau atau
berbau tidak sedap, lokhia seropurulenta
8. Hitung sel darah putih mungkin meningkat
di luar leukositisis puerperium fisiologis
9. Perdarahan pervaginam
10. Shock sepsis maupun hemoragik
11. Abdomen distensi atau pembengkakan.
12. Abnormal pendarahan vagina
13. Discomfort dengan buang air besar (sembelit mungkin
terjadi)
14. Terjadi ketidaknyamanan, kegelisahan, atau
perasaan sakit (malaise)
Penatalaksanaan Endometritis
1. Antibiotika dan drainase yang
memadai
Merupakan pojok sasaran terapi. Evaluasi klinis dan
organisme yang terlihat pada pewarnaan gram, seperti juga pengetahuan bakteri
yang diisolasi dari infeksi serupa sebelumnya, memberikan petunjuk untuk terapi
antibiotic.
2. Carian intravena dan elektrolit
Merupakan terapi pengganti untuk dehidrasi dan terapi
pemeliharaan untuk pasien-pasien yang tidak mampu mentoleransi makanan lewat
mulut. Secepat mungkin pasien diberikan diet peroral untuk memberikan nutrisi
yang memadai.
3. Penggantian darah
Dapat diindikasikan untuk anemia berat post abortus atau
postpartum.
4. Tirah baring dan analgesia
Merupakan terapi pendukung yang banyak manfaatnya.
5. Tindakan bedah
Endometritis postpartum sering disertai dengan jaringan
plasenta yang tertahan atau obstruksi servik. Drainase lokia yang memadai
sangat penting. Jaringan plasenta yang tertinggal dikeluarkan dengan kuretase
perlahan dan hati-hati.
C.
ENDOMETRIOSIS
Endometriosis adalah pertumbuhan jaringan yang mirip endometrium, di luar kavum uteri (Manuaba, 2001: 526).
Endometriosis adalah satu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih berfungsi terdapat di luar kavum uteri. Jaringan ini yang terdiri atas
kelenjar-kelenjar dan stroma, terdapat di miometrium ataupun di luar uterus. (Wiknjosastro, 1999: 314).
Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan yang
hanya ada di dalam rahim, dapat ditemukan dibagian lain dalam tubuh. (Irwan, 2008: 02).
Endometriosis adalah suatu penyakit dimana bercak bercak jaringan endometrium tumbuh di luar rahim. Padahal dalam keadaan normal endometrium hanya ditemukan di dalam lapisan rahim. (Henri, 2009: 1)
Tanda-Tanda dan Gejala
- Nyeriperut
bagian bawah dan di daerah panggul
progresif.
- Disminorea
(nyeri
hebat di perut
bagian bawah saat haid
yang menganggu aktifitas).
- Dispareunea
(nyeri
ketika melakukan hubungan
seksual), disebabkan
karena adanya endometriosis
di kavum douglas.
- Nyeri
ketika buang air besar atau kecil (disuria), khususnya pada saat menstruasi.
Disebabkan karena adanya endometriosis
pada dinding rektosigmoid.
- Poli
dan hipermenorea (siklus lebih pendek
dari normal<
21 hari, darah
lebih banyak atau lama dari normal
lebih dari 7 hari).
- Infertilitas
(kemandulan), apabila mobilitas tuba
terganggu karena fibriosis dan karena perlekatan jaringan disekitarnya.
- Menstruasi
yang tidak teratur (misalnya spoting sebelum menstruasi).
- Haid
yang banyak (menorragia)
Sumber:
Irwan, 2008: 03
Penanganan
Penangananendometriosis terdiri atas:
Penangananendometriosis terdiri atas:
Pengobatan
1.
Obat-obatan yang menekan aktivitas ovarium dan
memperlambat pertumbuhan jaringan endometrium
2. Pembedahan untuk
membuang sebanyak mungkin endometriosis
3. Kombinasi obat-obata dan
pembedahan
4. Histerektomi ,
seringkali disertai denga pengangkatan tuba fallopi dan ovarium.
D.
MIOMETRITIS
Definisi Miometritis / Metritis adalah
radang miometrium. Metritis adalah infeksi uterus setelah persalinan yang
merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu. Biasa nya tidak berdiri sendiri tetapi lajutan dari
endometriosis, maka gejala gejala dan terapinya seperti endometritis
(ginekologi edisi 2)
Gejala-gejala
Gejala metristis dan pengobatannya sama dengan gejala dan penanganan endometritis yaitu :
Gejala metristis dan pengobatannya sama dengan gejala dan penanganan endometritis yaitu :
a.
Demam
b.
Keluar lochea berbau / purulent, keputihan yang berbau
c.
Sakit pinggang
d.
Nyeri abdomen
Diagnosa dan Terapi
Diagnosa hanya
dapat dibuat secara patolog anatomis.
Komplikasi
Dapat terjadi penyebaran ke jaringan sekitarnya seperti:
Dapat terjadi penyebaran ke jaringan sekitarnya seperti:
a.
Parametritis (infeksi sekitar rahim)
b.
Salpingitis (infeksi saluran otot)
c.
Ooforitis (infeksi indung telur)
d.
Pembentukan pernanahan sehingga terjadi abses pada tuba atau indung telur.
Penatalaksanaan
Terapi miometritis :
Terapi miometritis :
a. Antibiotika spektrum luas
·
Ampisilin 2 g iv / 6 jam
·
Gentamisin 5 mg kgbb
·
Metronidasol 500 mg iv / 8 jam
b. Profilaksi antitetanus
c. Evakuasi sisa hasil konsepsiManajemen
·
Antibiotik kombinasi
·
Transfusi jika diperlukan
E.
PARAMETRITIS
Parametritis
adalah peradangan pada parametrium (jaringan ikat yang berdekatan dengan
rahim).Parametritis adalah radang dari jaringan longgar di dalam ligamentum
latum, radang ini biasanya unilateral ( ginekologi edisi 2 , ginekologi unpad
bandung )
TANDA DAN GEJALA
Keluhan yang dirasakan pasien yang menderita PID biasanya
beragam. Mulai dari tidak ada keluhan sampai dengan keluhan yang sangat berat.
Keluhan-keluhan tersebut dapat berupa demam, keluar cairan dari vagina dengan
warna, konsistensi, dan bau yang abnormal, timbul bercak-bercak kemerahan di
celana dalam,
nyeri senggama,
nyeri saat buang air kecil, menstruasi yang tidak teratur, kram perut saat menstruasi, terjadi perdarahan hebat saat
menstruasi,
nyeri pada daerah perut bawah dan dapat memburuk jika disertai mual muntah, serta kelelahan yang disertai
dengan nafsu makan yang berkurang. Nyeri yang mendadak pada perut bagian bawah
dapat terjadi jika abses pecah, di mana daerah nyeri tersebut mulai dari daerah
sekitar abses yang pecah menjalar ke seluruh dinding perut yang mengakibatkan
peritonitis generalisata.
Juga dapat ditemukan
anemia pada abses pelvik yang telah berlangsung beberapa minggu.Gejala infeksi
genital yang dikatakan sebagai penyakit radang pelvis (PID) sering merupakan
suatu gabungan yang dihasilkan berbagai derajat peradangan yang melibatkan
endometrium dan tuba, walaupun bakteri dapat mencapai uterus, tuba dan ovarium
melalui aliran darah, jalur penyebaran yang umum adalah :
- Mikgrasi ke atas dari serviks melalui rongga
endometrium ke dalam endosalping (jalur umum infeksi gonore).
- Jalur vena dan saluran getah bening dari ligamentum
latum.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah dilakukan untuk melihat kenaikan dari sel
darah putih yang menandakan terjadinya infeksi. Kultur untuk GO dan chlamydia
digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis. Ultrasonografi atau USG dapat digunakan
baik USG abdomen (perut) atau USG vagina, untuk mengevaluasi saluran tuba dan
alat reproduksi lainnya. Biopsi endometrium dapat dipakai untuk melihat adanya
infeksi.Laparaskopi adalah prosedur pemasukan alat dengan lampu dan kamera
melalui insisi (potongan) kecil di perut untuk melihat secara langsung organ di
dalam panggul apabila terdapat kelainan.
PENATALAKSANAAN
Terapi antibiotik pinisilin G sering efektif sebagai agen
primer dalam pengobatan infeksi yang disebabkan oleh streptococcus, clostridium,
neisseria gonorrhoeae dan bakteri anaerob dengan percecualiar bakteriodes.
Uji suseptibilitas harus dilakukan. Pemilihan antibiotik
didasarkan pada :
- Kemungkinan sumber infeksi (didapat dari masyarakat
atau dari rumah sakit.
- Sediaan apus dengan perwarnaan garam.
- Terapi antibiotik lainya.
- Penilaian patogen yang paling mungkin dari pengalaman
infeksi serupa sebelumnya.
- Pola resistensi bakteri terakhir dari rumah sakit dan
masyarakat.
- Riwayat pasien terhadap alergi atau atau seksifitas.
Contoh regimen kombinasi yang dianjurkan adalah :
- Doksisiklin (600 mg, IV, dua kali sehari) dengan
sefeksitis (2,0 gr, IV, empat kali sehari) memberikan pengamatan terhadap
N. Gonorrhoeae, meliputi PPNG, dan c. Trachomatis, akan tetap tidak
memberikan pengobatan optimal terhadap anaerob, masa pelvis atau infeksi
pelvis yang berkaitan dengan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).
- Klindamisin (600 mg, IV, empat kali sehari) dengan
gentamisin atau tobramisis (2,0 mg/kg, IV, diikuti dengan 1,5 mg.kg, IV,
tiga kali sehari pada pasien dengan fungsi ginjal yang normal) dapat
memberikan aktivitas optimal terhadap bakteri anaerob dan batang garam
negatif fakultatif, tetapi tidak memberikan aktivitas optimal terhadap C.
Tracformatif dan N. Gonorrhoeae.
- Doksisiklin (100 mg, IV, dua kali sehari) dengan
metronidazol (1,0 g, IV, dua kali sehari) memberikan penanganan yang baik
tehadap anaerob dan C. Trachomatis.
PENCEGAHAN
Cara terbaik untuk menghindari penyakit radang panggul
adalah melindungi diri dari penyakit menular seksual. Penggunaan kontrasepsi
seperti kondom dapat mengurangi kejadian penyakit radang panggul. Apabila mengalami infeksi saluran
genital bagian bawah maka sebaiknya segera diobati karena dapat menyebar hingga
ke saluran reproduksi bagian atas. Terapi untuk pasangan seksual sangat
dianjurkan untuk mencegah berulangnya infeksi.
F.
ADNEXITIS
Adnexitis
adalah suatu radang pada tuba fallopi dan radang ovarium yang biasanya terjadi
bersamaan. Radang ini kebanyakan akibat infeksi yang menjalar keatas dari
uterus, walaupun infeksi ini bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan
darah atau menjalar dari jaringan sekitarnya.Adnex tumor ini dapat berupa pyosalpinx
atau hidrosalpinx karena perisalpingitis dapat terjadi pelekatan dengan alat
alat disekitarnya.
( ginekologi
unpad bandung)
TANDA DAN GEJALA
Gejala-gejala adnexitis tidak selalu jelas, namun bisa
didahului oleh gejala :
a. Panas
b. Nyeri perut bagian bawah sebelah
kiri atau kanan
c. Nyeri bertambah pada pekerjaan berat
disertai penyakit pinggang
d. Leukorea
e. Haid lebih banyak dari biasa, dan
siklus tidak teratur
f. Penderita sering mengeluh dispareuni
g. Infertilitas
h. Disminorroe
PENANGANAN
a. Antibiotic dengan spectrum yang luas
b. Terapi diatermi
c. Penderita tidak boleh melakukan
pekerjaan berat
d. Operasi radikal ( histerektomi dan
salpingo ooforektomi bilateral ) pada wanita yang suda hamper menopause. Pada
wanita yang lebih muda hanya adnexia dengan kelainan yang nyata ynag diangkat.
PENCEGAHAN
a. Selama kehamilan
Diet yang baik, karena anemia anemia merupakan factor predisposisi
infeksi nifas. Koitus pada akhir kehamilan sebaiknya dilarang karena memicu
pecahnya ketuban dan terjadi infeksi.
b. Selama persalinan
Petugas dalam kamar bersalin harus memakai masker, bagi yang
menderita infeksi pernafasan tidak boleh masuk ke kamar bersalin, alat yang
dipakai harus suci hama. Pemeriksaan dalam atas indikasi, dan cegah perdarahan.
Usaha pencegahan untuk masuknya kuman dalam jalan lahir cegah terjadinya
persalinan lama dan menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin.
c. Selama nifas
Penderita dengan tanda infeksi jangan dirawat bersama wanita
yang sehat, pengunjun pada hari pertama dibatasi, dan semua alat yang
berhubungan dengan genitalia harus suci hama.
G.
PERITONITIS
Peritonitis merupakan sebuah proses
peradangan pada membran serosa yang melingkupi kavitas abdomen dan organ yang
terletak didalamnya. Peritonitis sering disebabkan oleh infeksi peradangan lingkungan sekitarnya melalui
perforasi usus seperti ruptur appendiks atau divertikulum karena awalnya
peritonitis merupakan lingkungan yang steril. Selain itu juga dapat diakibatkan
oleh materi kimia yang irritan seperti asam lambung dari perforasi ulkus atau
empedu dari perforasi kantung empeduatau laserasi hepar. Pada wanita sangat
dimungkinkan peritonitis terlokalisasi pada rongga pelvis dari infeksi tuba falopi
atau rupturnya kista ovari.
TANDA DAN GEJALA
Peritonitis
menyebabkan adanya penurunan aktivitas fibrinolitik intrabdomen (peningkatan
aktivitas inhibitor aktivator plasminogen) dan sekuestra fibrin yang berakibat
pada pembentukan adesi.Umumnya semua pasien hadir dengan keluhan berbagai
derajat nyeri abdomen. Nyerinya dapat akut maupun kronis. Umumnya nyerinya dalam bentuk
nyeri tumpul dengan tidak terlokalisasi dengan baik (peritoneum visceral) yang
kemudian berkembang menetap, makin parah dan makin terlokalisasi (peritoneum
parietal).Anoreksia dan nausea sering muncul dan dapat mendahului perkembangan
nyeri abdomen.
Pada
pemeriksan fisik, pasien dengan peritonitis sering tampak tidak sehat dan pada
keadaan berbahaya. Demam dengan temperatur melebihi 38°C dapat ditemukan, tapi
pasien dengan sepsis berat dapat ditemukan dalam keadaan hipotermia. Pada banyak pasien menunjukan adanya
peningkatan rigiditas dinding abdomen. Peningkatan tonus otot dinding abdomen
dapat secara volunter akibat respon atau antisipasi pada pemeriksaan abdomen
atau secara involunter karena iritasi peritoneal
PENANGANAN
Management peritonitis tergantung
dari diagnosis penyebabnya. Hampir semua penyebab peritonitis memerlukan
tindakan pembedahan (laparotomi eksplorasi). Pertimbangan dilakukan pembedahan:
- Pada pemeriksaan fisik didapatkan defans muskuler yang
meluas, nyeri tekan terutama jika meluas, distensi perut, massa yang
nyeri, tanda perdarahan (syok, anemia progresif), tanda sepsis (panas
tinggi, leukositosis), dan tanda iskemia (intoksikasi, memburuknya pasien
saat ditangani).
- Pada pemeriksaan radiology didapatkan pneumo peritoneum,
distensi usus, extravasasi bahan kontras, tumor, dan oklusi vena atau
arteri mesenterika.
- Pemeriksaan endoskopi didapatkan perforasi saluran
cerna dan perdarahan saluran cerna yang tidak teratasi.
- Pemeriksaan laboratorium.
Pembedahan dilakukan bertujuan untuk
:
- Mengeliminasi sumber infeksi.
- Mengurangi kontaminasi bakteri pada cavum peritoneal
- Pencegahan infeksi intra abdomen berkelanjutan.
Apabila pasien memerlukan tindakan
pembedahan maka kita harus mempersiapkan pasien untuk tindakan bedah a.l :
- Mempuasakan pasien untuk mengistirahatkan saluran
cerna.
- Pemasangan NGT untuk dekompresi lambung.
- Pemasangan kateter untuk diagnostic maupun monitoring
urin.
- Pemberian terapi cairan melalui I.V
- Pemberian antibiotic
Terapi bedah pada peritonitis :
- Kontrol sumber infeksi, dilakukan sesuai dengan sumber
infeksi. Tipe dan luas dari pembedahan tergantung dari proses dasar
penyakit dan keparahan infeksinya.
- Pencucian ronga peritoneum: dilakukan dengan
debridement, suctioning,kain kassa, lavase, irigasi intra operatif.
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan pus, darah, dan jaringan yang
nekrosis.
- Debridemen : mengambil jaringan yang nekrosis, pus dan
fibrin.
- Irigasi kontinyu pasca operasi.
Terapi post operasi
- Pemberian cairan I.V, dapat berupa air, cairan
elektrolit, dan nutrisi.
- Pemberian antibiotic
- Oral-feeding, diberikan bila sudah flatus, produk ngt
minimal, peristaltic usus pulih, dan tidak ada distensi abdomen
H.
PELVIKSITIS
Infeksi pelvis merupakan suatu
istilah umum yang biasanya digunakan untuk menggambarkan keadaan atau kondisi
dimana organ organ pelvis (uterus, tuba falopii atau ovarium) diserang
oleh mikroorganisme patogen. Organisme-organisme ini biasanya
bakteri, mereka melakukan multiplikasi dan menghasilkan suatu reaksi
peradangan.
Penyakit radang panggul adalah
infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit tersebut dapat mempengaruhi
endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung telur, miometrium (otot
rahim), parametrium dan rongga panggul. Penyakit radang panggul merupakan
komplikasi umum dari Penyakit Menular Seksual (PMS).
PENYEBAB
Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh waktu dalam hitungan hari atau minggu untuk seorang wanita menderita penyakit radang panggul. Bakteri penyebab tersering adalah N. Gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis yang menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan sehingga menyebabkan berbagai bakteri dari leher rahim maupun vagina menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri ini adalah kuman penyebab PMS. Proses menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi karena hilangnya lapisan endometrium yang menyebabkan berkurangnya pertahanan dari rahim, serta menyediakan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri (darah menstruasi).
Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh waktu dalam hitungan hari atau minggu untuk seorang wanita menderita penyakit radang panggul. Bakteri penyebab tersering adalah N. Gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis yang menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan sehingga menyebabkan berbagai bakteri dari leher rahim maupun vagina menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri ini adalah kuman penyebab PMS. Proses menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi karena hilangnya lapisan endometrium yang menyebabkan berkurangnya pertahanan dari rahim, serta menyediakan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri (darah menstruasi).
TANDA DAN GEJALA
Keluhan yang dirasakan pasien yang menderita PID biasanya
beragam. Mulai dari tidak ada keluhan sampai dengan keluhan yang sangat berat.
Keluhan-keluhan tersebut dapat berupa demam; keluar cairan dari vagina dengan
warna, konsistensi, dan bau yang abnormal; timbul bercak-bercak kemerahan di
celana dalam,
nyeri senggama,
nyeri saat buang air kecil, menstruasi yang tidak teratur, kram perut saat menstruasi, terjadi perdarahan hebat saat
menstruasi,
nyeri pada daerah perut bawah dan dapat memburuk jika disertai mual muntah, serta kelelahan yang disertai
dengan nafsu makan yang berkurang. Nyeri yang mendadak pada perut bagian bawah
dapat terjadi jika abses pecah, di mana daerah nyeri tersebut mulai dari daerah
sekitar abses yang pecah menjalar ke seluruh dinding perut yang mengakibatkan
peritonitis generalisata.
Juga dapat ditemukan
anemia pada abses pelvik yang telah berlangsung . Gejala infeksi genital yang
dikatakan sebagai penyakit radang pelvis (PID) sering merupakan suatu gabungan
yang dihasilkan berbagai derajat peradangan yang melibatkan endometrium dan
tuba, walaupun bakteri dapat mencapai uterus, tuba dan ovarium melalui aliran darah,
jalur penyebaran yang umum adalah :
1.
Mikgrasi ke atas dari serviks melalui rongga endometrium ke
dalam endosalping (jalur umum infeksi gonore).
2.
Jalur vena dan saluran getah bening dari ligamentum latum.
Infeksi pelvis dapat dipisahkan ke dalam tiga kategori dasar.
1.
Infeksi yang terjadi setelah kuretase dan postabortus
serta infeksi postpartum.
2.
Infeksi postoperatif biasanya berkembang dari
organisme-organisme yang terbawa ke dalam tempat operasi dari
kulit, vagina atau yang lebih jarang dari traktus gastrointestinalis sewaktu
pembedahan.
3.
Infeksi pelvis yang terjadi pada pasien yang tidak hamil
tanpa didahului pembukaan bedah rongga abdomen atau endometrium.
PENATALAKSANAAN
Terapi antibiotik pinisilin G sering efektif sebagai agen primer dalam pengobatan infeksi yang disebabkan oleh streptococcus, clostridium, neisseria gonorrhoeae dan bakteri anaerob dengan percecualiar bakteriodes.Uji suseptibilitas harus dilakukan. Pemilihan antibiotik didasarkan pada :
Terapi antibiotik pinisilin G sering efektif sebagai agen primer dalam pengobatan infeksi yang disebabkan oleh streptococcus, clostridium, neisseria gonorrhoeae dan bakteri anaerob dengan percecualiar bakteriodes.Uji suseptibilitas harus dilakukan. Pemilihan antibiotik didasarkan pada :
1.
Kemungkinan sumber infeksi (didapat dari
masyarakat atau dari rumah sakit.
2.
Sediaan apus dengan perwarnaan
garam.
3.
Terapi antibiotik lainya.
4.
Penilaian patogen yang paling
mungkin dari pengalaman infeksi serupa sebelumnya.
5.
Pola resistensi bakteri terakhir
dari rumah sakit dan masyarakat.
6.
Riwayat pasien terhadap alergi atau
atau seksifitas.
Contoh regimen kombinasi yang dianjurkan adalah :
1.
Doksisiklin (600 mg, IV, dua kali sehari) dengan sefeksitis
(2,0 gr, IV,empat kali sehari) memberikan pengamatan terhadap N. Gonorrhoeae,
meliputi PPNG, dan c. Trachomatis, akan tetap tidak memberikan pengobatan
optimal terhadap anaerob, masa pelvis atau infeksi pelvis yang berkaitan dengan
alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).
2. Klindamisin (600 mg, IV, empat kali
sehari) dengan gentamisin atau tobramisis (2,0 mg/kg, IV, diikuti dengan 1,5
mg.kg, IV, tiga kali sehari pada pasien dengan fungsi ginjal yang normal) dapat
memberikan aktivitas optimal terhadap bakteri anaerob dan batang garam negatif
fakultatif, tetapi tidak memberikan aktivitas optimal terhadap C. Tracformatif
dan N. Gonorrhoeae.
3.
Doksisiklin (100 mg, IV, dua kali sehari) dengan metronidazol
(1,0 g, IV, dua kali sehari) memberikan penanganan yang baik tehadap anaerob
dan C. Trachomatis.
PENCEGAHAN
Cara terbaik untuk menghindari penyakit radang panggul adalah melindungi diri dari penyakit menular seksual. Penggunaan kontrasepsi seperti kondom dapat mengurangi kejadian penyakit radang panggul.
Apabila mengalami infeksi saluran genital bagian bawah maka sebaiknya segera diobati karena dapat menyebar hingga ke saluran reproduksi bagian atas. Terapi untuk pasangan seksual sangat dianjurkan untuk mencegah berulangnya infeksi.
Cara terbaik untuk menghindari penyakit radang panggul adalah melindungi diri dari penyakit menular seksual. Penggunaan kontrasepsi seperti kondom dapat mengurangi kejadian penyakit radang panggul.
Apabila mengalami infeksi saluran genital bagian bawah maka sebaiknya segera diobati karena dapat menyebar hingga ke saluran reproduksi bagian atas. Terapi untuk pasangan seksual sangat dianjurkan untuk mencegah berulangnya infeksi.
I.
KELAINAN PADA
OVARIUM
Kelainan pada ovarium
merupakan manifestasi penyimpangan pertumbuhan dan pembentukan organ tubuh. Penyebab
kelianan pada ovarium tidak diketahui dengan pasti, tetapi dapat diduga karena
penyimpangan kromosom, pengaruh hormonal, lingkungan endometrium yang kurang
subur, kelainan metabolisme, pengaruh obat teratogenik, dan infeksi khususnya
infeksi virus.
Jenis-jenis
1.
Menorrhagi dan Dysmenorrhoe
Sekunder biasanya
terjadi oophoritis. Salpingoophoritis lebih sering disebut adnexitis. Karena
adnexitis, terjadi perlekatan dengan usus yang dapat diraba sebagai tumor. Jadi
tumor ini merupakantumor radang dan disebut “adnex tumor”. Tumor dari ovarium
sendiri disebut tumor ovarium. Kadang-kadang terjadi pyosalpinx dan pyovarium
dan setelah pus diabsorpsi terjadi hydrosalpinx.
Jika tekanan dalam hydrosalpinx cukup besar maka
cairan dapat mencari jalan ke dalam cavum uteri, maka sekonyong-konyong keluar
cairan dari genitalia penderita (hydrops tubae prfluens).
Kejadian ini dapat
berulang. jika nanah masuk ke dalam rongga perut melalui
ostium tubae abdominale maka terjadilah pelveoperitonitis atau Douglas abses.
Douglas abses dan
peritonitis kadang-kadang terjadi karena pyoslapinx pecah walaupun ini jarang
terjadi.
Peritonitis gonorrhoica
mempunyai tendens untuk tetap terlokalisasi tidak menjadi peritonitis umum.
Pada salpingitis gonorrhoica tubae yang menjadi berat jatuh dalam cavum
Douglasi dan menimbulkan retroflexio uteri fixata. Kalau ini terjadi maka pada
toucher cavum Douglasi nyeri tekan dan juga pada coitus penderita mengalami
perasaan nyeri (dyspareunia).DD :
a)
Kehamilan ektopik : biasanya tidak ada demam. LED tidak meninggi dan lekositose
tidak seberapa.
Kalau tes kehamilan
positif (Galli Mainini) maka adnexitis dapat dikesampingkan tapi kalau negatif
keduanya mungkin.
b) Appendicitis : tempat nyeri tekan lebih
tinggi (Mc. Burney).
Terapi :
- Istirahat, broad
spectrum antibiotica dan corticosteroid.
- Usus harus kosong
2. Tumor ovarium
Berbagai jenis tumor
ovarium pada komplikasi kehamilan. Insidensi tumor pada kelainan sel yang
terjadi pada kelompok beberapa usia diketahui melalui pemeriksaan USG secara
rutin selama kehamilan. Dari hasil kilas balik KAT 2 dan kawan-kawan tahun 1983
menemukan rata-rata insidensi pada masa adneksal 1-200 kehamilan. Whitecar dan
asosiasi (1999) melaporkan insidensi pada 1300 kehamilan dengan tumor dilakukan
laparotomi.
Tanda
dan gejala kelainan pada ovarium
- Sakit
kepala dan sering merasa lelah
- Tidak
nafsu makan dan sulit untuk makan
- Sering
kali muntah dan buang air besar
- Kembung
terus menerus
- Sering
merasa terlalu kenyang
- Sering
merasa nyeri pada perut
- Berat
badan turun drastis
- Ukuran
perut bertambah besar
- Perdarahan
pada vagina.
Penanganan
kelainan pada ovarium
Pada
prinsipnya tumor ovarium memerlukan pembedahan tetapi ada beberapa kista
benigna yang umumnya tidak memerlukan pembedahan seperti kista folikel de graaf
kista korpus luteum dan kista endometrium.
1.
Non operatif
a.
Radiokastrasi (radiasi pada ovarium, diharapkan terjadi
menopause precox sehingga produksi estrogen berhenti)
b.
GnTH (diberikan pra bedah untuk mengurangi perdarahan dan
mengecilkan volume tumor)
2. Operatif
Dapat dilakukan dengan laparatomi vaginal atau laparascopic assisted vaginal trysterectomi, meliputi
Dapat dilakukan dengan laparatomi vaginal atau laparascopic assisted vaginal trysterectomi, meliputi
·
Miomektomi
·
Histerektomi total + salpingooofarektomi unilateral
(Bunga rampai Obs. Gin II FK Undip
Semarang).
J.
SALPINGITIS
Salpingitis Akut adalah suatu
infeksi tuba fallopi yang dapat gonore atau piogenik.Salpingitis Subakut adalah
stadium infeksi pertengahan diantara salpingitis akut dan kronis. Salpingittis
Kronis adalah stadium infeksi tuba fallopi setelah stadium subakut. Tipe ini
dapat timbul dalam 4 bentuk yaitu: piosalping, hidrosalping, salpingitis
interstisialis kronis atau salpigitis ismika nodosa.
Salpingitis adalah Inflamasi pada uterus,
tuba fallopi, dan ovarium yang mengarah ke perlukaan dengan perlengketan pada
jaringan dan organ sekitar.
Gejala/tanda awal
1. Nyeri
Abdomen: Nyeri abdomen bagian bawah merupakan gejala yang
paling dapat dipercaya dari infeksi pelvis akut. Pada mulanya rasa nyeri
unilateral, bilateral, atau suprapubik, dan sering berkembang sewaktu atau
segera setelah suatu periode menstruasi. Keparahannya meningkat secara bertahap
setelah beberapa jam sampai beberapa hari, rasa nyeri cenderung menetap,
bilateral pada abdomen bagian bawah, dn semakin berat dengan adanya pergerakan.
2. Perdarahan
pervaginam atau sekret vagina: perdarahan antar menstruasiatau meningkatnya
aliran menstruasi atau kedua-duanya dapat merupakan akibat langsung dari
endometritis atau pengaruh tidak langsung dari perubahan-peubahan hormonalyang
berkaitan dengan ooforitis. Sekret vagina dapat disebabkan oleh servitis.
3. Gejala-gejala
penyerta: menggigil dan demam lazim ditemukan. Anoreksia, nausea dan vomitus
berkaitan dengan iritasi peritoneum. Disuria dan sering kencing menunjukkan
adanyan keterkaitan dengan uretritis dan sistitis. Nyeri bahu atau nyeri
kuadran kanan atas mungkin merupakan gejala dari perihepatitis gonokokus.
4. Riwayat
Menstruasi: menstruasi dapat meningkat dalam jumlah dan lamanya. Salpingitis
dapat menjadi simptomatik pada hari keempat atau kelimadari siklus menstruasi.
Upaya pencegahan
a.
Kurangi penggunan IUD
bila pasien menderita Klamidia danGonorea.
b.
Pemeriksaan terhadap
wanita.
c. Antibiotic
profilaktik rutin pada pengguna IUD jangan dilakukan.
Mengatasi
salpingitis untuk mencapai rasa nyaman, dengan cara:
·
Mandi teratur
·
Obat untuk penghilang gatal
·
Kompres hangat pada bagian abdomen yang merasa nyeri
·
Pemberian terapi analgesic
·
Konseling : PID dapat menyebabkan infertilitas karena tuba
yang rusak, pasien harus mengatasi hal tersebut
·
Pendidikan kesehatan yang diberikan:
a.
Pengetahuan tentang penyebab dan penyebaran infeksi serta
efeknya
b.
Kegiatan seksual dikurangi atau menggunakan pengaman
c.
Cara mengatasi infeksi yang berulang
·
Pengobatan dilanjutkan sampai pasien pulang dan sembuh
total
Antibiotik :
-
Cefotaxsime 2 gr IM atau
-
Amoxsicillin 3 gr peroral atau
-
Ampisilin 3,5 gr per os atau
-
Prokain ampisilin G dalam aqua
4,8 juta unit IM pada 2 tempat. Masing-masing disertai dengan pemberian
probenesid 1gr per os.
* Diikuti dengan :
-
Dekoksisiklin 100 mg per os dua
kali sehari selama 10-14 hari
-
Tetrasiklin 500 mg per os 4
kali sehari. (Tidak digunakan untuk ibu hamil).
* Tirah baring
-
Kunjungan ulang 2-3 hari atau
jika keadaan memburuk.
* Rawat Inap :
Jika terdapat
keadaan-keadaan yang mengancam jiwa ibu
*
Perawatan di rumah sakit : memberikan obat antibiotic melalui Intravena(infuse)
Jika terdapat keadaan-keadaan yang mengancam jiwa ibu
BAB
III
Penutup
A. Kesimpulan
Pada umumnya
penyakit penyakit yang terjadi memiliki tanda dan gejala serta penanganan
masing masing , untuk mencegahnya diperlukan kebersihan diri dari setiap masing
masing individu.
B.
Saran
Demi
kesempurnaan makalah kami, maka kami meminta saran serta kritik yang mendukung
demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR RUSTAKA
Duenhoelter H Johann : Ginekologi
greenhill
Ginekologi edisi 2 bagian
obstetri dan ginekologi fakultas kedokteran universitas padjajaran bandung
Derek Lliewelly – jones :
dasar-dasar obstetri dan ginekologi
Friedman borten chapin :
Ginekologi edisi kedua
C.C.R Sinclair – J.B Webb :
ilmu kebidanan dan kandungan untuk pemula
Hacker moore : esensial
obstetri dan ginekologi edisi 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar