Kamis, 09 Januari 2014

TANDA GEJALA DAN PENANGANAN PADA CERVIKSITIS, ENDOMETRITIS, ENDOMETRIOSIS, MIOMETRITIS, PARAMETRITIS, ADNEXITIS, PERITONITIS, PELVIKSITIS, KELAINAN PADDA OVARIUM, DAN SALPINGITIS


TANDA GEJALA DAN PENANGANAN PADA CERVIKSITIS, ENDOMETRITIS, ENDOMETRIOSIS, MIOMETRITIS, PARAMETRITIS, ADNEXITIS, PERITONITIS, PELVIKSITIS, KELAINAN PADDA OVARIUM, DAN SALPINGITIS





DISUSUN OLEH :
ECI KURNIA SARI
JEANNY RUSMAN
SITI UTARI HEPRIMA
YULIAWATI
TK III REGULER

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
TANJUNG KARANG JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2013


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT , karena berkat dan karuniaNYA yang telah memberi petunjuk dan hidayahNYA kepada penulis sehingga penulis dapat  menyelesaikan makalah dengan ini selesai tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut serta dalam membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca ada umumnya.

                    
                     Bandar Lampung,   Oktober  2013
                                               

                                                                                                      Penulis








BAB I
Pendahuluan

A.   Latar Belakang
      Pada wanita terdapat hubungan dari dunia luar dengan rongga peritonum melalui vulva, vagina, uterus dan tuba fallopii. Untuk mencegah terjadinya infeksi dari luar dan untuk menjaga jangan sampai infeksi meluas, masing - masing alat traktus genitalis memiliki mekanisme pertahanan.
Radang atau infeksi pada alat - alat genetalia dapat timbul secara akut dengan
akibat meninggalnya penderita, atau penyakit bisa sembuh sama sekali tanpa
bekas, atau dapat meninggalkan bekas seperti penutupan lumen tuba.
    Penyakit akut juga bisa menjadi menahun, atau penyakit dari permulaan sudah menahun.Infeksi pada uterus menjalar ke tuba Fallopii dan rongga peritonium melalui 2 jalan. Pada makalah ini akan dibahas mengenai miometritis atau radang miometrium yang merupakan kelanjutan dari penyakit endometritis beserta dengan penanganannya.


B.   Tujuan
       Agar penulis dapat mengerti dan paham tentang Asuhan kebidanan pada infeksi radang genetalia interna, khususnya tentang serviksitis, endometritis, endometriosis, miometrosis, parametritis, adnexitis, peritonitis, pelviksitis, kelainan pada ovarium, dan salpingitis beserta dengan penatalaksanaannya.





BAB II
PEMBAHASAN
A.    CERVISITIS
Cervicitis ialah radang dari selaput lendir canalis servikalis . karena epitel selaput lendir canalis servikalis hanya terdiri dari satu lapisan sel silindris maka lebih mudah terkena infeksi dibandingkan dengan selaput lendir vagina . ( ginekologi edisi 2 )
Cervisitis adalah suatu proses peradangan yang melibatkan epitel serviks dan stroma yang  mendasarinya sering di  jumpai bersamadenga vaginitis atau sebagai suatu manifestasi penyakit penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks. Cervisitis karena tricomonas vaginalis , candid albicans dan gardnerella vaginalis dapat merupakan manifestasi minor vaginitis (ginekologi greenhill edisi 10)
Gejala
            Cervicitis biasanya tidak menunjukkan gejala yang khas, bahkan bisa tanpa gejala. Pada stadium lanjut sering memberikan gejala : perdarahan post coitus, keputihan abnormal, perdarahan sesudah mati haid (menopause) serta keluar cairan abnormal (kekuning-kuningan, berbau dan bercampur darah).
-          Flour hebat biasanya kental atau purulent dan kadang-kadang berbau.
-          Sering menimbulkan erosio pada portio yang nampak sebagai daerah yang merah menyala .
-          Pada pemeriksaan in speculo kadang-kadang dapat dilihat fluor yang purulent keluar dari canalis servikalis , kalau portio normal tidak ada eruption maka harus diingat kemungkinan gonorhoe
-          Sekunder dapat rejadi kolpitis dan vulvitis
Pada servisitis yang kronik kadang-kadag dapat dilihat bintik putih dalam daerah selaput lendir yang merah karena infeksi . bintik-bintik ii disebut ovula nabothii dan disebabkan oleh retensi kelenjar-kelenjar servik karena saluran keluarnya tertutup oleh pengisutan dari luka serviks atau karena radang

Terapi
·         Antibiotika terutama jika dapat ditemukan gonococcus dalam sekret.
·         Jika serviks tidak spesifik didapat diobati dalam argentetas nertra 10% atau albothyl yang menyebabkan dengaa epitel silindris dengan harapan bahwa kemudian diganti dan epitel gepeng berlapis banyak.
·         Kauterisasi radial dengan termokauter atau dengan krioterapi , sesudah kauterisasi terjadi nekrosis jaringan yang meradang terlepas dalam kira-kira 2 minggu dan diganti lambat laun oleh jaringan yang sehat . jika radang menahun mencapai endoserviks jauh kedalam kanalis servikalis perlu dilakukan konisasi dengan mengangkat sebagian besar mukosa endoserviks . jika sobekan dan infeksi sangat luas perlu dilakukan amputasi serviks.
·         Obati tiap erosi serviks

B.     ENDOMETRITIS
            Endometritis adalah suatu peradangan endometrium yang biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri pada jaringan ( Ben-zion Tuber, 1994 ).
Endometritis adalah infeksi pada endometrium atau yang disebut lapisan dalam dari rahim. ( Prof.dr.Ida Bagus,  ).
Endometritis adalah infeksi atau desidua endometrium, dengan ekstensi ke miometrium dan jaringan parametrial.


Tanda-tanda Endometritis
Tanda dan gejala endometritis antara lain :                            
1.    Peningkatan demam secara persisten hingga 40 derajat celcius.  Tergantung pada keparahan infeksi.
2.    Takikardia
3.    Menggigil dengan infeksi berat
4.    Nyeri tekan uteri menyebar secara lateral
5.    Nyeri panggul dengan pemeriksaan bimanual
6.    Subinvolusi
7.    Lokhia sedikit, tidak berbau atau berbau tidak sedap, lokhia  seropurulenta
8.   Hitung sel darah putih mungkin meningkat di luar leukositisis puerperium fisiologis
9.   Perdarahan pervaginam
10. Shock sepsis maupun hemoragik
11. Abdomen distensi atau pembengkakan.
12. Abnormal pendarahan vagina
13. Discomfort dengan buang air besar (sembelit mungkin terjadi)
14. Terjadi  ketidaknyamanan, kegelisahan, atau perasaan sakit (malaise)
Penatalaksanaan Endometritis
1.    Antibiotika dan drainase yang memadai
Merupakan pojok sasaran terapi. Evaluasi klinis dan organisme yang terlihat pada pewarnaan gram, seperti juga pengetahuan bakteri yang diisolasi dari infeksi serupa sebelumnya, memberikan petunjuk untuk terapi antibiotic.

2.   Carian intravena dan elektrolit
Merupakan terapi pengganti untuk dehidrasi dan terapi pemeliharaan untuk pasien-pasien yang tidak mampu mentoleransi makanan lewat mulut. Secepat mungkin pasien diberikan diet peroral untuk memberikan nutrisi yang memadai.
3.   Penggantian darah
Dapat diindikasikan untuk anemia berat post abortus atau postpartum.
4.   Tirah baring dan analgesia
Merupakan terapi pendukung yang banyak manfaatnya.
5.   Tindakan bedah
Endometritis postpartum sering disertai dengan jaringan plasenta yang tertahan atau obstruksi servik. Drainase lokia yang memadai sangat penting. Jaringan plasenta yang tertinggal dikeluarkan dengan kuretase perlahan dan hati-hati.

C.    ENDOMETRIOSIS

Endometriosis adalah pertumbuhan jaringan yang mirip endometrium, di luar kavum uteri (Manuaba, 2001: 526).
Endometriosis adalah terdapatnya jaringan endometrium (kelenjar dan stroma). (Mansjoer, 2001: 381).
Endometriosis adalah satu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih berfungsi terdapat di luar kavum uteri. Jaringan ini yang terdiri atas kelenjar-kelenjar dan stroma, terdapat di miometrium ataupun di luar uterus. (Wiknjosastro, 1999: 314).
Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan yang hanya ada di dalam rahim, dapat ditemukan dibagian lain dalam tubuh. (Irwan, 2008: 02).
Endometriosis adalah suatu penyakit dimana bercak bercak jaringan endometrium tumbuh di luar rahim. Padahal dalam keadaan normal endometrium hanya ditemukan di dalam lapisan rahim. (Henri, 2009: 1)


  1. Nyeriperut bagian bawah dan di daerah panggul progresif.
  2. Disminorea (nyeri hebat di perut bagian bawah saat haid yang menganggu aktifitas).
  3. Dispareunea (nyeri ketika melakukan hubungan seksual), disebabkan karena adanya endometriosis di kavum douglas.
  4. Nyeri ketika buang air besar atau kecil (disuria), khususnya pada saat menstruasi. Disebabkan karena adanya endometriosis pada dinding rektosigmoid.
  5. Poli dan hipermenorea (siklus lebih pendek dari normal< 21 hari, darah lebih banyak atau lama dari normal lebih dari 7 hari).
  6. Infertilitas (kemandulan), apabila mobilitas tuba terganggu karena fibriosis dan karena perlekatan jaringan disekitarnya.
  7. Menstruasi yang tidak teratur (misalnya spoting sebelum menstruasi).
  8. Haid yang banyak (menorragia)
Sumber: Irwan, 2008: 03
  1. Pencegahan
  2. Pengawasan
  3. Terapi hormonal
  4. Pembedahan
  5. Radiasi
Pengobatan
1.      Obat-obatan yang menekan aktivitas ovarium dan memperlambat pertumbuhan jaringan endometrium
2.      Pembedahan untuk membuang sebanyak mungkin endometriosis
3.      Kombinasi obat-obata dan pembedahan
4.      Histerektomi , seringkali disertai denga pengangkatan tuba fallopi dan ovarium.

D.    MIOMETRITIS
            Definisi Miometritis / Metritis adalah radang miometrium. Metritis adalah infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu. Biasa nya tidak berdiri sendiri tetapi lajutan dari endometriosis, maka gejala gejala dan terapinya seperti endometritis (ginekologi edisi 2)
Gejala-gejala
Gejala metristis dan pengobatannya sama dengan gejala dan penanganan endometritis yaitu :
a.       Demam
b.      Keluar lochea berbau / purulent, keputihan yang berbau
c.       Sakit pinggang
d.      Nyeri abdomen

Diagnosa dan Terapi
      Diagnosa hanya dapat dibuat secara patolog anatomis.
      Komplikasi
      Dapat terjadi penyebaran ke jaringan sekitarnya seperti:
a.       Parametritis (infeksi sekitar rahim)
b.      Salpingitis (infeksi saluran otot)
c.       Ooforitis (infeksi indung telur)
d.      Pembentukan pernanahan sehingga terjadi abses pada tuba atau indung telur.

Penatalaksanaan
Terapi miometritis :
a. Antibiotika spektrum luas
·         Ampisilin 2 g iv / 6 jam
·         Gentamisin 5 mg kgbb
·         Metronidasol 500 mg iv / 8 jam
b. Profilaksi antitetanus
c. Evakuasi sisa hasil konsepsiManajemen
·         Antibiotik kombinasi
·         Transfusi jika diperlukan

E.     PARAMETRITIS
Parametritis adalah peradangan pada parametrium (jaringan ikat yang berdekatan dengan rahim).Parametritis adalah radang dari jaringan longgar di dalam ligamentum latum, radang ini biasanya unilateral ( ginekologi edisi 2 , ginekologi unpad bandung )

TANDA DAN GEJALA
Keluhan yang dirasakan pasien yang menderita PID biasanya beragam. Mulai dari tidak ada keluhan sampai dengan keluhan yang sangat berat. Keluhan-keluhan tersebut dapat berupa demam, keluar cairan dari vagina dengan warna, konsistensi, dan bau yang abnormal, timbul bercak-bercak kemerahan di celana dalam, nyeri senggama, nyeri saat buang air kecil, menstruasi yang tidak teratur, kram perut saat menstruasi, terjadi perdarahan hebat saat menstruasi, nyeri pada daerah perut bawah dan dapat memburuk jika disertai mual muntah, serta kelelahan yang disertai dengan nafsu makan yang berkurang. Nyeri yang mendadak pada perut bagian bawah dapat terjadi jika abses pecah, di mana daerah nyeri tersebut mulai dari daerah sekitar abses yang pecah menjalar ke seluruh dinding perut yang mengakibatkan peritonitis generalisata.
 Juga dapat ditemukan anemia pada abses pelvik yang telah berlangsung beberapa minggu.Gejala infeksi genital yang dikatakan sebagai penyakit radang pelvis (PID) sering merupakan suatu gabungan yang dihasilkan berbagai derajat peradangan yang melibatkan endometrium dan tuba, walaupun bakteri dapat mencapai uterus, tuba dan ovarium melalui aliran darah, jalur penyebaran yang umum adalah :
  1. Mikgrasi ke atas dari serviks melalui rongga endometrium ke dalam endosalping (jalur umum infeksi gonore).
  2. Jalur vena dan saluran getah bening dari ligamentum latum.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah dilakukan untuk melihat kenaikan dari sel darah putih yang menandakan terjadinya infeksi. Kultur untuk GO dan chlamydia digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis. Ultrasonografi atau USG dapat digunakan baik USG abdomen (perut) atau USG vagina, untuk mengevaluasi saluran tuba dan alat reproduksi lainnya. Biopsi endometrium dapat dipakai untuk melihat adanya infeksi.Laparaskopi adalah prosedur pemasukan alat dengan lampu dan kamera melalui insisi (potongan) kecil di perut untuk melihat secara langsung organ di dalam panggul apabila terdapat kelainan.

PENATALAKSANAAN
Terapi antibiotik pinisilin G sering efektif sebagai agen primer dalam pengobatan infeksi yang disebabkan oleh streptococcus, clostridium, neisseria gonorrhoeae dan bakteri anaerob dengan percecualiar bakteriodes.

Uji suseptibilitas harus dilakukan. Pemilihan antibiotik didasarkan pada :
  1. Kemungkinan sumber infeksi (didapat dari masyarakat atau dari rumah sakit.
  2. Sediaan apus dengan perwarnaan garam.
  3. Terapi antibiotik lainya.
  4. Penilaian patogen yang paling mungkin dari pengalaman infeksi serupa sebelumnya.
  5. Pola resistensi bakteri terakhir dari rumah sakit dan masyarakat.
  6. Riwayat pasien terhadap alergi atau atau seksifitas.
Contoh regimen kombinasi yang dianjurkan adalah :
  1. Doksisiklin (600 mg, IV, dua kali sehari) dengan sefeksitis (2,0 gr, IV, empat kali sehari) memberikan pengamatan terhadap N. Gonorrhoeae, meliputi PPNG, dan c. Trachomatis, akan tetap tidak memberikan pengobatan optimal terhadap anaerob, masa pelvis atau infeksi pelvis yang berkaitan dengan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).
  2. Klindamisin (600 mg, IV, empat kali sehari) dengan gentamisin atau tobramisis (2,0 mg/kg, IV, diikuti dengan 1,5 mg.kg, IV, tiga kali sehari pada pasien dengan fungsi ginjal yang normal) dapat memberikan aktivitas optimal terhadap bakteri anaerob dan batang garam negatif fakultatif, tetapi tidak memberikan aktivitas optimal terhadap C. Tracformatif dan N. Gonorrhoeae.
  3. Doksisiklin (100 mg, IV, dua kali sehari) dengan metronidazol (1,0 g, IV, dua kali sehari) memberikan penanganan yang baik tehadap anaerob dan C. Trachomatis.
PENCEGAHAN
Cara terbaik untuk menghindari penyakit radang panggul adalah melindungi diri dari penyakit menular seksual. Penggunaan kontrasepsi seperti kondom dapat mengurangi kejadian penyakit radang panggul. Apabila mengalami infeksi saluran genital bagian bawah maka sebaiknya segera diobati karena dapat menyebar hingga ke saluran reproduksi bagian atas. Terapi untuk pasangan seksual sangat dianjurkan untuk mencegah berulangnya infeksi.

F.     ADNEXITIS
Adnexitis adalah suatu radang pada tuba fallopi dan radang ovarium yang biasanya terjadi bersamaan. Radang ini kebanyakan akibat infeksi yang menjalar keatas dari uterus, walaupun infeksi ini bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah atau menjalar dari jaringan sekitarnya.Adnex tumor ini dapat berupa pyosalpinx atau hidrosalpinx karena perisalpingitis dapat terjadi pelekatan dengan alat alat disekitarnya.
( ginekologi unpad bandung)

TANDA DAN GEJALA
Gejala-gejala adnexitis tidak selalu jelas, namun bisa didahului oleh gejala :
a.       Panas
b.      Nyeri perut bagian bawah sebelah kiri atau kanan
c.       Nyeri bertambah pada pekerjaan berat disertai penyakit pinggang
d.      Leukorea
e.       Haid lebih banyak dari biasa, dan siklus tidak teratur
f.       Penderita sering mengeluh dispareuni
g.      Infertilitas
h.      Disminorroe

      PENANGANAN
a.       Antibiotic dengan spectrum yang luas
b.      Terapi diatermi
c.       Penderita tidak boleh melakukan pekerjaan berat
d.      Operasi radikal ( histerektomi dan salpingo ooforektomi bilateral ) pada wanita yang suda hamper menopause. Pada wanita yang lebih muda hanya adnexia dengan kelainan yang nyata ynag diangkat.




      PENCEGAHAN
      a. Selama kehamilan
Diet yang baik, karena anemia anemia merupakan factor predisposisi infeksi nifas. Koitus pada akhir kehamilan sebaiknya dilarang karena memicu pecahnya ketuban dan terjadi infeksi.
      b. Selama persalinan
Petugas dalam kamar bersalin harus memakai masker, bagi yang menderita infeksi pernafasan tidak boleh masuk ke kamar bersalin, alat yang dipakai harus suci hama. Pemeriksaan dalam atas indikasi, dan cegah perdarahan. Usaha pencegahan untuk masuknya kuman dalam jalan lahir cegah terjadinya persalinan lama dan menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin.
      c. Selama nifas
Penderita dengan tanda infeksi jangan dirawat bersama wanita yang sehat, pengunjun pada hari pertama dibatasi, dan semua alat yang berhubungan dengan genitalia harus suci hama.

G.    PERITONITIS
Peritonitis merupakan sebuah proses peradangan pada membran serosa yang melingkupi kavitas abdomen dan organ yang terletak didalamnya. Peritonitis sering disebabkan oleh infeksi peradangan lingkungan sekitarnya melalui perforasi usus seperti ruptur appendiks atau divertikulum karena awalnya peritonitis merupakan lingkungan yang steril. Selain itu juga dapat diakibatkan oleh materi kimia yang irritan seperti asam lambung dari perforasi ulkus atau empedu dari perforasi kantung empeduatau laserasi hepar. Pada wanita sangat dimungkinkan peritonitis terlokalisasi pada rongga pelvis dari infeksi tuba falopi atau rupturnya kista ovari.

TANDA DAN GEJALA
Peritonitis menyebabkan adanya penurunan aktivitas fibrinolitik intrabdomen (peningkatan aktivitas inhibitor aktivator plasminogen) dan sekuestra fibrin yang berakibat pada pembentukan adesi.Umumnya semua pasien hadir dengan keluhan berbagai derajat nyeri abdomen. Nyerinya dapat akut maupun kronis. Umumnya nyerinya dalam bentuk nyeri tumpul dengan tidak terlokalisasi dengan baik (peritoneum visceral) yang kemudian berkembang menetap, makin parah dan makin terlokalisasi (peritoneum parietal).Anoreksia dan nausea sering muncul dan dapat mendahului perkembangan nyeri abdomen.

Pada pemeriksan fisik, pasien dengan peritonitis sering tampak tidak sehat dan pada keadaan berbahaya. Demam dengan temperatur melebihi 38°C dapat ditemukan, tapi pasien dengan sepsis berat dapat ditemukan dalam keadaan hipotermia. Pada banyak pasien menunjukan adanya peningkatan rigiditas dinding abdomen. Peningkatan tonus otot dinding abdomen dapat secara volunter akibat respon atau antisipasi pada pemeriksaan abdomen atau secara involunter karena iritasi peritoneal          
            PENANGANAN
Management peritonitis tergantung dari diagnosis penyebabnya. Hampir semua penyebab peritonitis memerlukan tindakan pembedahan (laparotomi eksplorasi). Pertimbangan dilakukan pembedahan:
  • Pada pemeriksaan fisik didapatkan defans muskuler yang meluas, nyeri tekan terutama jika meluas, distensi perut, massa yang nyeri, tanda perdarahan (syok, anemia progresif), tanda sepsis (panas tinggi, leukositosis), dan tanda iskemia (intoksikasi, memburuknya pasien saat ditangani).
  • Pada pemeriksaan radiology didapatkan pneumo peritoneum, distensi usus, extravasasi bahan kontras, tumor, dan oklusi vena atau arteri mesenterika.
  • Pemeriksaan endoskopi didapatkan perforasi saluran cerna dan perdarahan saluran cerna yang tidak teratasi.
  • Pemeriksaan laboratorium.

Pembedahan dilakukan bertujuan untuk :
  • Mengeliminasi sumber infeksi.
  • Mengurangi kontaminasi bakteri pada cavum peritoneal
  • Pencegahan infeksi intra abdomen berkelanjutan.
Apabila pasien memerlukan tindakan pembedahan maka kita harus mempersiapkan pasien untuk tindakan bedah a.l :
  • Mempuasakan pasien untuk mengistirahatkan saluran cerna.
  • Pemasangan NGT untuk dekompresi lambung.
  • Pemasangan kateter untuk diagnostic maupun monitoring urin.
  • Pemberian terapi cairan melalui I.V
  • Pemberian antibiotic
Terapi bedah pada peritonitis  :
  • Kontrol sumber infeksi, dilakukan sesuai dengan sumber infeksi. Tipe dan luas dari pembedahan tergantung dari proses dasar penyakit dan keparahan infeksinya.
  • Pencucian ronga peritoneum: dilakukan dengan debridement, suctioning,kain kassa, lavase, irigasi intra operatif. Pencucian dilakukan untuk menghilangkan pus, darah, dan jaringan yang nekrosis.
  • Debridemen : mengambil jaringan yang nekrosis, pus dan fibrin.
  • Irigasi kontinyu pasca operasi.
Terapi post operasi
  • Pemberian cairan I.V, dapat berupa air, cairan elektrolit, dan nutrisi.
  • Pemberian antibiotic
  • Oral-feeding, diberikan bila sudah flatus, produk ngt minimal, peristaltic usus pulih, dan tidak ada distensi abdomen

H.    PELVIKSITIS
Infeksi pelvis merupakan suatu istilah umum yang biasanya digunakan untuk menggambarkan keadaan atau kondisi dimana organ organ pelvis (uterus, tuba falopii atau ovarium) diserang oleh mikroorganisme patogen. Organisme-organisme ini biasanya bakteri, mereka melakukan multiplikasi dan menghasilkan suatu reaksi peradangan.
Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit tersebut dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung telur, miometrium (otot rahim), parametrium dan rongga panggul. Penyakit radang panggul merupakan komplikasi umum dari Penyakit Menular Seksual (PMS).

PENYEBAB
Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh waktu dalam hitungan hari atau minggu untuk seorang wanita menderita penyakit radang panggul. Bakteri penyebab tersering adalah N. Gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis yang menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan sehingga menyebabkan berbagai bakteri dari leher rahim maupun vagina menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri ini adalah kuman penyebab PMS. Proses menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi karena hilangnya lapisan endometrium yang menyebabkan berkurangnya pertahanan dari rahim, serta menyediakan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri (darah menstruasi).

TANDA DAN GEJALA
Keluhan yang dirasakan pasien yang menderita PID biasanya beragam. Mulai dari tidak ada keluhan sampai dengan keluhan yang sangat berat. Keluhan-keluhan tersebut dapat berupa demam; keluar cairan dari vagina dengan warna, konsistensi, dan bau yang abnormal; timbul bercak-bercak kemerahan di celana dalam, nyeri senggama, nyeri saat buang air kecil, menstruasi yang tidak teratur, kram perut saat menstruasi, terjadi perdarahan hebat saat menstruasi, nyeri pada daerah perut bawah dan dapat memburuk jika disertai mual muntah, serta kelelahan yang disertai dengan nafsu makan yang berkurang. Nyeri yang mendadak pada perut bagian bawah dapat terjadi jika abses pecah, di mana daerah nyeri tersebut mulai dari daerah sekitar abses yang pecah menjalar ke seluruh dinding perut yang mengakibatkan peritonitis generalisata.
 Juga dapat ditemukan anemia pada abses pelvik yang telah berlangsung . Gejala infeksi genital yang dikatakan sebagai penyakit radang pelvis (PID) sering merupakan suatu gabungan yang dihasilkan berbagai derajat peradangan yang melibatkan endometrium dan tuba, walaupun bakteri dapat mencapai uterus, tuba dan ovarium melalui aliran darah, jalur penyebaran yang umum adalah :
1.   Mikgrasi ke atas dari serviks melalui rongga endometrium ke dalam endosalping (jalur umum infeksi gonore).
2.   Jalur vena dan saluran getah bening dari ligamentum latum.

Infeksi pelvis dapat dipisahkan ke dalam tiga kategori dasar.
1.   Infeksi yang terjadi setelah kuretase dan postabortus  serta infeksi postpartum.
2.   Infeksi postoperatif biasanya berkembang dari organisme-organisme yang terbawa ke dalam tempat operasi dari kulit, vagina atau yang lebih jarang dari traktus gastrointestinalis sewaktu pembedahan.
3.   Infeksi pelvis yang terjadi pada pasien yang tidak hamil tanpa didahului pembukaan bedah rongga abdomen atau endometrium.
PENATALAKSANAAN
Terapi antibiotik pinisilin G sering efektif sebagai agen primer dalam pengobatan infeksi yang disebabkan oleh streptococcus, clostridium, neisseria gonorrhoeae dan bakteri anaerob dengan percecualiar bakteriodes.Uji suseptibilitas harus dilakukan. Pemilihan antibiotik didasarkan pada :
1.    Kemungkinan sumber infeksi (didapat dari masyarakat atau dari rumah sakit.
2.    Sediaan apus dengan perwarnaan garam.
3.    Terapi antibiotik lainya.
4.    Penilaian patogen yang paling mungkin dari pengalaman infeksi serupa sebelumnya.
5.    Pola resistensi bakteri terakhir dari rumah sakit dan masyarakat.
6.    Riwayat pasien terhadap alergi atau atau seksifitas.
Contoh regimen kombinasi yang dianjurkan adalah :
1.   Doksisiklin (600 mg, IV, dua kali sehari) dengan sefeksitis (2,0 gr, IV,empat kali sehari) memberikan pengamatan terhadap N. Gonorrhoeae, meliputi PPNG, dan c. Trachomatis, akan tetap tidak memberikan pengobatan optimal terhadap anaerob, masa pelvis atau infeksi pelvis yang berkaitan dengan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).
2.   Klindamisin (600 mg, IV, empat kali sehari) dengan gentamisin atau tobramisis (2,0 mg/kg, IV, diikuti dengan 1,5 mg.kg, IV, tiga kali sehari pada pasien dengan fungsi ginjal yang normal) dapat memberikan aktivitas optimal terhadap bakteri anaerob dan batang garam negatif fakultatif, tetapi tidak memberikan aktivitas optimal terhadap C. Tracformatif dan N. Gonorrhoeae.
3.   Doksisiklin (100 mg, IV, dua kali sehari) dengan metronidazol (1,0 g, IV, dua kali sehari) memberikan penanganan yang baik tehadap anaerob dan C. Trachomatis.
PENCEGAHAN
Cara terbaik untuk menghindari penyakit radang panggul adalah melindungi diri dari penyakit menular seksual. Penggunaan kontrasepsi seperti kondom dapat mengurangi kejadian penyakit radang panggul.
Apabila mengalami infeksi saluran genital bagian bawah maka sebaiknya segera diobati karena dapat menyebar hingga ke saluran reproduksi bagian atas. Terapi untuk pasangan seksual sangat dianjurkan untuk mencegah berulangnya infeksi.

I.       KELAINAN PADA OVARIUM
Kelainan pada ovarium merupakan manifestasi penyimpangan pertumbuhan dan pembentukan organ tubuh. Penyebab kelianan pada ovarium tidak diketahui dengan pasti, tetapi dapat diduga karena penyimpangan kromosom, pengaruh hormonal, lingkungan endometrium yang kurang subur, kelainan metabolisme, pengaruh obat teratogenik, dan infeksi khususnya infeksi virus.  

Jenis-jenis
1.               Menorrhagi dan Dysmenorrhoe
Sekunder biasanya terjadi oophoritis. Salpingoophoritis lebih sering disebut adnexitis. Karena adnexitis, terjadi perlekatan dengan usus yang dapat diraba sebagai tumor. Jadi tumor ini merupakantumor radang dan disebut “adnex tumor”. Tumor dari ovarium sendiri disebut tumor ovarium. Kadang-kadang terjadi pyosalpinx dan pyovarium dan setelah pus diabsorpsi terjadi hydrosalpinx.
Jika  tekanan dalam hydrosalpinx cukup besar maka cairan dapat mencari jalan ke dalam cavum uteri, maka sekonyong-konyong keluar cairan dari genitalia penderita (hydrops tubae prfluens).
Kejadian ini dapat berulang. jika nanah masuk ke dalam rongga perut melalui ostium tubae abdominale maka terjadilah pelveoperitonitis atau Douglas abses.
Douglas abses dan peritonitis kadang-kadang terjadi karena pyoslapinx pecah walaupun ini jarang terjadi.
Peritonitis gonorrhoica mempunyai tendens untuk tetap terlokalisasi tidak menjadi peritonitis umum. Pada salpingitis gonorrhoica tubae yang menjadi berat jatuh dalam cavum Douglasi dan menimbulkan retroflexio uteri fixata. Kalau ini terjadi maka pada toucher cavum Douglasi nyeri tekan dan juga pada coitus penderita mengalami perasaan nyeri (dyspareunia).DD :
a)      Kehamilan ektopik : biasanya tidak ada demam. LED tidak meninggi dan lekositose tidak seberapa.
Kalau tes kehamilan positif (Galli Mainini) maka adnexitis dapat dikesampingkan tapi kalau negatif keduanya mungkin.
b)       Appendicitis : tempat nyeri tekan lebih tinggi (Mc. Burney).
Terapi :
- Istirahat, broad spectrum antibiotica dan corticosteroid.
- Usus harus kosong

2. Tumor ovarium
Berbagai jenis tumor ovarium pada komplikasi kehamilan. Insidensi tumor pada kelainan sel yang terjadi pada kelompok beberapa usia diketahui melalui pemeriksaan USG secara rutin selama kehamilan. Dari hasil kilas balik KAT 2 dan kawan-kawan tahun 1983 menemukan rata-rata insidensi pada masa adneksal 1-200 kehamilan. Whitecar dan asosiasi (1999) melaporkan insidensi pada 1300 kehamilan dengan tumor dilakukan laparotomi.

Tanda dan gejala kelainan pada ovarium
  1. Sakit kepala dan sering merasa lelah
  2. Tidak nafsu makan dan sulit untuk makan
  3. Sering kali muntah dan buang air besar
  4. Kembung terus menerus
  5. Sering merasa terlalu kenyang
  6. Sering merasa nyeri pada perut
  7. Berat badan turun drastis
  8. Ukuran perut bertambah besar
  9. Perdarahan pada vagina.
Penanganan kelainan pada ovarium
Pada prinsipnya tumor ovarium memerlukan pembedahan tetapi ada beberapa kista benigna yang umumnya tidak memerlukan pembedahan seperti kista folikel de graaf kista korpus luteum dan kista endometrium.
1.            Non operatif
a.       Radiokastrasi (radiasi pada ovarium, diharapkan terjadi menopause precox sehingga produksi estrogen berhenti)
b.      GnTH (diberikan pra bedah untuk mengurangi perdarahan dan mengecilkan volume tumor)
2.     Operatif
         Dapat dilakukan dengan laparatomi vaginal atau laparascopic assisted                     vaginal trysterectomi, meliputi
·         Miomektomi
·         Histerektomi total + salpingooofarektomi unilateral
(Bunga rampai Obs. Gin II FK Undip Semarang).

J.      SALPINGITIS
Salpingitis Akut adalah suatu infeksi tuba fallopi yang dapat gonore atau piogenik.Salpingitis Subakut adalah stadium infeksi pertengahan diantara salpingitis akut dan kronis. Salpingittis Kronis adalah stadium infeksi tuba fallopi setelah stadium subakut. Tipe ini dapat timbul dalam 4 bentuk yaitu: piosalping, hidrosalping, salpingitis interstisialis kronis atau salpigitis ismika nodosa.
Salpingitis  adalah Inflamasi pada uterus, tuba fallopi, dan ovarium yang mengarah ke perlukaan dengan perlengketan pada jaringan dan organ sekitar.
Gejala/tanda awal
1.     Nyeri Abdomen: Nyeri abdomen bagian bawah merupakan gejala  yang paling dapat dipercaya dari infeksi pelvis akut. Pada mulanya rasa nyeri unilateral, bilateral, atau suprapubik, dan sering berkembang sewaktu atau segera setelah suatu periode menstruasi. Keparahannya meningkat secara bertahap setelah beberapa jam sampai beberapa hari, rasa nyeri cenderung menetap, bilateral pada abdomen bagian bawah, dn semakin berat dengan adanya pergerakan.
2.    Perdarahan pervaginam atau sekret vagina: perdarahan antar menstruasiatau meningkatnya aliran menstruasi atau kedua-duanya dapat merupakan akibat langsung dari endometritis atau pengaruh tidak langsung dari perubahan-peubahan hormonalyang berkaitan dengan ooforitis. Sekret vagina dapat disebabkan oleh servitis.
3.    Gejala-gejala penyerta: menggigil dan demam lazim ditemukan. Anoreksia, nausea dan vomitus berkaitan dengan iritasi peritoneum. Disuria dan sering kencing menunjukkan adanyan keterkaitan dengan uretritis dan sistitis. Nyeri bahu atau nyeri kuadran kanan atas mungkin merupakan gejala dari perihepatitis gonokokus.
4.    Riwayat Menstruasi: menstruasi dapat meningkat dalam jumlah dan lamanya. Salpingitis dapat menjadi simptomatik pada hari keempat atau kelimadari siklus menstruasi.
Upaya pencegahan
a.       Kurangi penggunan IUD bila pasien menderita Klamidia danGonorea.
b.      Pemeriksaan terhadap wanita.
c.       Antibiotic profilaktik rutin pada pengguna IUD jangan dilakukan.
Mengatasi salpingitis untuk mencapai rasa nyaman, dengan cara:
·         Mandi teratur 
·         Obat untuk penghilang gatal
·         Kompres hangat pada bagian abdomen yang merasa nyeri
·         Pemberian terapi analgesic
·         Konseling : PID dapat menyebabkan infertilitas karena tuba yang rusak, pasien harus mengatasi hal tersebut
·         Pendidikan kesehatan yang diberikan:
a.      Pengetahuan tentang penyebab dan penyebaran infeksi serta efeknya
b.      Kegiatan seksual dikurangi atau menggunakan pengaman
c.       Cara mengatasi infeksi yang berulang
·       Pengobatan dilanjutkan sampai pasien pulang dan sembuh total

Antibiotik :

-          Cefotaxsime 2 gr IM atau
-          Amoxsicillin 3 gr peroral atau
-          Ampisilin 3,5 gr per os atau
-          Prokain ampisilin G dalam aqua 4,8 juta unit IM pada 2 tempat. Masing-masing disertai dengan pemberian probenesid 1gr per os.
* Diikuti dengan :
-          Dekoksisiklin 100 mg per os dua kali sehari selama 10-14 hari
-          Tetrasiklin 500 mg per os 4 kali sehari. (Tidak digunakan untuk ibu hamil).
* Tirah baring
-          Kunjungan ulang 2-3 hari atau jika keadaan memburuk.
* Rawat Inap :
Jika terdapat keadaan-keadaan yang mengancam jiwa ibu
* Perawatan di rumah sakit : memberikan obat antibiotic melalui Intravena(infuse) Jika terdapat keadaan-keadaan yang mengancam jiwa ibu
 
BAB III
Penutup
A.    Kesimpulan
Pada umumnya penyakit penyakit yang terjadi memiliki tanda dan gejala serta penanganan masing masing , untuk mencegahnya diperlukan kebersihan diri dari setiap masing masing individu.
B.   Saran
Demi kesempurnaan makalah kami, maka kami meminta saran serta kritik yang mendukung demi kesempurnaan makalah ini.












DAFTAR RUSTAKA
Duenhoelter H Johann : Ginekologi greenhill
Ginekologi edisi 2 bagian obstetri dan ginekologi fakultas kedokteran universitas padjajaran bandung
Derek Lliewelly – jones : dasar-dasar obstetri dan ginekologi
Friedman borten chapin : Ginekologi edisi kedua
C.C.R Sinclair – J.B Webb : ilmu kebidanan dan kandungan untuk pemula
Hacker moore : esensial obstetri dan ginekologi edisi 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar