ASUHAN KEBIDANAN
PATOLOGI DENGAN PENYULIT KALA I DAN
KALA II (KELAINAN PRESENTASI DAN POSISI)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES TANJUNG KARANG
PRODI KEBIDANAN TANJUNG KARANG
2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan hidayah serta rahmat kepada penulis, sehingga makalah Asuhan Kebidanan IV (Patologi) tentang Penyulit Kala I dan Kala II (Kelainan presentasi dan posisi) ini dapat terselesaikan dengan baik.
Makalah ini
disusun selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan IV (Patologi) juga untuk memberikan informasi kepada para pembaca tentang asuhan kebidanan patologi pada ibu hamil dengan
Penyulit Kala I dan Kala II (Kelainan
presentasi dan posisi).
Tak beranjak dari
peribahasa “Tak ada gading yang tak retak”, maka penulis menyadari bahwa di
dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu, saran dan
kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan agar memotivasi penulis untuk dapat membuat makalah lainnya di masa mendatang dengan lebih baik
lagi.
Akhir kata, penulis
berharap makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai bahan untuk
menambah pengetahuan bagi para mahasiswa pada khususnya dan tenaga kesehatan
serta masyarakat pada umumnya.
Bandar Lampung, November 2013
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Pengertian
a.
Mekanisme Persalinan
Proses persalinan terdiri dari 4 kala
yaitu :
1)
Kala I : waktu pembukaan
serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm
2)
Kala II : kala pengeluaran
janin, waktu uterus dengan kekuatan His ditambah kekuatan mengejan mendorong
janin keluar hingga lahir.
3)
Kala III : waktu untuk pelepasan
dan pengeluaran uri
4)
Kala IV : Persalinan Kala IV
(empat) persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta sampai 2 jam post
partum
Kala I (Pembukaan)
Inpartu mulai dengan keluarnya lendir
bercampur darah karena serviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari
pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran
ketika serviks mendatar dan terbuka kala pembukaan dibagi atas 2 fase, yaitu :
1)
Fase laten dimana pembukaan serviks
berlangsung lambat ; sampai pembukaan 3 cm Berlangsung dalam 7-8 jam.
2)
Fase aktif di bagi 3 fa se yaitu :
a.
Fase akselerasi. Dalam waktu 2
jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm
b.
Fase dilatasi maksimal. Dalam
waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
c.
Fase deselerasi. Pembukaan
menjadi lambat kembali, dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap. (http://dewisartikapoltek12.blogspot.com)
Kala II (Pengeluaran Janin)
Pada kala II His menjadi lebih kuat
dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Karena biasanya dalam hal
ini kepala janin sudah masuk ke ruang panggul. Maka His dirasakan tekanan pada
otot-otot dasar panggul yang secara rektroktoris menimbulkan rasa mengedan.
Wanita merasa pula tekanan pada rectum dan hendak buang air besar, perenium
menonjol dan jadi lebar, anus membuka bila dasar panggul sudah berelaksasi,
kepala janin tidak masuk lagi di luar His, dengan His dan kekuatan mengedan max
kepala janin dilahirkan dengan suboksiput di bawah simpisis dan dahi, muka dan
dagu melewati perenium. Setelah istirahat badan dan anggota bayi.Pada
primigravida kala II : 1,5 jam Pada multipara : 05 jam. (http://himikastikesmadani.blogspot.com)
Kala III (Pengeluaran Uri)
Setelah bayi lahir, uterus teraba
keras dengan fundus uteri agak di atas pusat. Ada kontraksi untuk melepaskan
plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 25 menit
setelah bayi lahir.
Kala
IV (Observasi)
Kala IV (empat) persalinan
dimulai setelah lahirnya plasenta
b. Malposisi dan Malpresentasi
Malposisi menggambarkan presentasi vertex dengan
posisi anterior yang tidak mengalami fleksus secara sempurna. Contohnya
defleksi kepala, posisi oksipito lateral, dan oksipito posterior.Maplresentasi
menggambarkan semua presentasi yang bukan vertex, contohnya presentasi wajah ,
dahi, bahu dan bokong. ( T.Y.LIU, David, 2007, Manual Persalinan Edisi 3,
Jakarta : EGC ). Malposisi merupakan posisi abnormal verteks kepala janin (
dengan oksiput sebagai titik acuan ) terhadap panggul ibu. Malpresentasi
merupakan presentasi janin selain verteks . ( Yulianti, Devi, 2005, Manajemen
Komplikasi Kehamilan dan Persalinaan, Jakarta : EGC)
Presentasi
adalah bagian terendah janin, normalnya adalah presentasi bagian belakang
kepala dengan diameter kepala yang masuk ke pintu atas panggul adalah diameter yaitu
9.5 cm. Presentasi ada
dua macam yakni presentasi tunggal dan presentasi majemuk. Sedangkan
posisi adalah arah penunjuk dari presentasi tersebut, normalnya posisi adalah
anterior yaitu apabila kepala dalam keadaan fleksi, bila fleksi baik maka
kedudukan oksiput lebih rendah dari pada sinsiput. (http://dewisartikapoltek12.blogspot.com)
Malpresentasi
artinya bagian terbawah bukan belakang kepala, misalnya pada presentasi puncak
kepala dengan UUB. Malposisi adalah kepala janin relatif terhadap pelvis degan oksiput
sebagai titik referensi. Atau malposisi merupakan abnormal dari vertek kepala
janin (dengan ubun-ubun kecil sebagai penanda) terhadap panggul ibu, dimana oksiput
berada di atas posterior dari diameter transversal pelvis adalah suatu
malposisi. Dalam keadaan malposisi dapat terjadi partus macet atau partus lama. ( Prawiroharjo, Sarwono, 2006, Ilmu
Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo).
Hasil
pemeriksaan untuk mendiagnosa malposisi (menurut) Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal, Sarwono Prawirohardjo :
a.
Pemeriksaan abdominal : bagian terendah abdomen datar, bagian kecil
janin teraba bagian anterior dan DJJ dibagian samping (flank)
b.
Pemeriksaan vaginal : oksiput ke arah sakrum, sinsiput dianterior akan
mudah teraba bila kepala defleksi
BAB II
ISI
A. Penyulit Kala I
Persalinan lama
Masalah :
a. Fase laten lebih dari 8 jam
b.
Persalinan telah berlangsung
selama 12 jam/lebih tanpa kelahiran bayi
c.
Dilatasi serviks di kanan garis
waspada pada partograf.
Penanganan Umum:
a.
Nilai dengan segera keadaan
umum ibu hamil dan janin (termasuk tanda vital dan tingkat hidrasinya).
b.
Kaji kembali partograf,
tentukan apakah pasien berada dalam persalinan
c.
Nilai frekuensi dan lamanya His
d.
Perbaiki keadaan umum dengan :
e.
Dukungan, perubahan posisi,
(sesuai dengan penanganan persalinan normal)
f.
Periksa kefon dalam urine dan
berikan cairan, baik oral maupun parenteral
g.
dan upayakan buang air kecil
(kateter bila perlu).
Berikan analgesic : tramadol
atau petidin 25 mg IM (maximum 1 mg/kg BB atau morfin 10 mg IM, jika pasien merasakan
nyeri. (http://dewisartikapoltek12.blogspot.com)
Penanganan Khusus:
- Persalinan palsu/belum in partu (False Labor)
Periksa apakah ada ISK( Infeksi Saluran Kemih ) atau
ketuban pecah, jika didapatkan adanya infeksi, obati secara adekuat, jika tidak
ada pasien boleh rawat jalan.
- Fase laten memanjang (Prolonged Latent Phase)
Diagnosa fase laten memanjang dibuat secara
retrospektif, jika his berhenti. Pasien disebut belum inpartu/persalinan palsu.
Jika his makin teratur dan pembukaan makin bertambah lebih dari 4 cm, pasien
masuk dalam fase laten :
1)
Jika fase laten lebih dari 8
jam dan tidak ada tanda-tanda kemajuan lekukan penilaian ulang terhadap serviks
2)
Jika tidak ada perubahan pada pendataran atau
pembukaan serviks dan tidak ada gawat janin, mungkin pasien belum inpartu.
3)
Jika ada kemajuan dalam pendataran atau
pembukaan serviks lakukan amniotomi dan induksi persalinan dengan oksitosin
atau prostaglandin.
4)
Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam
5)
Jika pasien tidak masuk fase aktif setelah
dilakukan pemberian oksitosin selama 8 jam, lakukan SC
6)
Jika didapatkan tanda-tanda infeki (demam,
cairan, berbau):
7)
Lakukan akselerasi persalinan dengan oksitosin
8)
Berikan antibiotika kombinasi sampai
persalinan:
9)
Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam
10)
Ditambah Gentaisin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam
11)
Jika terjadi persalinan pervaginam stop
antibiotika pasca persalinan
12)
Jika dilakukan SC,
lanjutkan pemberian antibiotika ditambah Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam
sampai ibu bebas demam selama 48 jam
3.
Fase Aktif Memanjang
1)
Jika tidak ada tanda-tanda CPD
atau obstruksi, dan ketuban masih utuh, pecahkan ketuban
2)
Nilai His
3)
Jika his tidak adekuat
(<3>3>
4)
Jika his adekuat (3 kali dalam
10 menit dan lamanya > 40 detik) pertimbangkan disproporsi, obstruksi,
malposisi/mal presentasi
5)
Lakukan penanganan umum untuk
memperbaiki his dan mempercepat kemajuan persalinan
Faktor-faktor Penyebab Persalinan Lama:
1.
His Tidak Efisien
2.
Faktor Janin
3. Faktor Jalan Lahir
B.
Penyulit Kala II ( Malposisi dan
Malpresentasi)
Pada persalinan normal, saat
melewati jalan lahir kepala janin dalam keadaan fleksi, dalam keadaan tertentu fleksi
tidak terjadi, sehingga terdefleksi.
Ada
beberapa kelainan saat kepala janin tidak melakukan fleksi dengan baik, sesuai
dengan derajat defleksinya dibagi menjadi :
a.
Presentasi
puncak kepala
Pada umumnya
presentasi puncak kepala merupakan kedudukan sementara, yang kemudian akan
berubah menjadi presentasi belakang kepala.
Bentuk puncak kepala merupakan bentuk defleksi yang paling ringan, tetapi karena lingkaran kepala bayi yang akan melalui jalan lahir (sirkumfrensia oksipito-bregmatika) sepanjang 34 cm, maka akan terjadi distorsia.
Pada keadaan dan kedudukan atau penempatan disebut juga presentasi sinsiput.
Bentuk puncak kepala merupakan bentuk defleksi yang paling ringan, tetapi karena lingkaran kepala bayi yang akan melalui jalan lahir (sirkumfrensia oksipito-bregmatika) sepanjang 34 cm, maka akan terjadi distorsia.
Pada keadaan dan kedudukan atau penempatan disebut juga presentasi sinsiput.
Presentasi puncak kepala disebut juga presentasi sinsiput terjadi
apabila derajat defleksinya ringan, sehingga UUB merupakan bagian terendah.
(prwirohardjo, sarwono, 2006, ilmu kebidanan, Jakarta : yayasan bina pustaka
sarwono prawirohardjo)
Etiologi
a.
Kelainan panggul
b.
Anak kecil/mati
c.
Kerusakan dasar panggul
Komplikasi
a.
Ibu
1)
Robekan jalan lahir yang lebih luas
2)
Partus lama
b.
Anak
Karena partus lama dan molase hebat sehingga mortalitas anak agak
tinggi
Diagnosis presentasi puncak
kepala :
·
Dapat diraba kedua fontanella mayor dan minor
·
Persalinan dapat berlangsung dengan :
1). Glabella (daerah licin
tanpa rambut) bertindak sebagai hipomoglion.
2). Sirkumferensia
oksipito frontalis sebesar 34 cm, melalui jalan lahir.
Mekanisme
persalinan :
Mekanisme persalinannya hampir sama
dengan posisi oksipitalis posterior persisten, perbedaannya pada presentasi
puncak kepala tidak terjadi fleksi kepala yang maksimal, sedangkan lingkaran
kepala yang melalui jalan lahir adalah sircumfarensia fronto oksipitalis dengan
titik perputaran yang berada dibawah simpisis ialah glabela. (prwirohardjo,
sarwono, 2006, ilmu kebidanan, Jakarta : yayasan bina pustaka sarwono
prawirohardjo)
· Bila
posisi berubah menjadi belakang kepala atau presentasi muka dengan mento
anterior maka dapat dilahirkan pervaginam
· Lingkaran yang
melalui jalan lahir cukup besar (34 cm) sehingga dapat menimbulkan
trauma.
· Morbiditas dan
mortalitas lebih tinggi
· Bila posisi
tidak berubah atau terjadi komplikasi, maka persalinan dapat dilakukan dengan:
1) vakum
2) forcep
b.
Presentasi dahi
Ialah keadaan dimana kedudukan kepala berada diantara fleksi maksimal
dan defleksi maksimal, sehingga dahi merupakan bagian terendah. Pada umumnya
presentasi dahi bersifat sementara dan akan berubah menjadi presentasi muka
atau belakang kepala.
(prwirohardjo, sarwono, 2006, ilmu kebidanan, Jakarta : yayasan bina
pustaka sarwono prawirohardjo)
Kepala
terdapat antara fleksi dan defleksi , dengan sendirinya berubah menjadi letak
muka atau letak belakang kepala. (Marohoesodo, Seto,
1971, Kompedium Patology Kebidanan , Bandung : Ricopy ). Presentasi dahi
adalah posisi kepala antara fleksi dan defleksi, sehingga dahi merupakan bagian
terendah.
Posisi ini biasanya akan berubah menjadi letak muka atau belakang kepala.
Kepala menusuk panggul dengan dahi melintang/miring pada waktu putar paksi
dalam, dahi memutar kedepan dan berada di bawah alkus pubis, kemudian terjadi
fleksi sehingga belakang kepala terlahir melewati perineum lalu terjadi
defleksi sehingga lahirlah dagu ( bila berubah menjadi presentasi muka). Pada
presentasi dahi diameter yang masuk pintu panggul atas adalah diameter mento
occipitalis (13.5) sehingga Kecuali
pada kepala yang kecil atau panggul yang sangat luas, engagemen kepala yang
diikuti dengan persalinam pervaginam tak mungkin terjadi. (http://maphiablack.blogspot.com)
Pada presentasi dahi yang transien,
progonosis tergantung pada presentasi akhir. Bila tetap pada presentasi dahi,
prognosis persalinan pervaginam sangat buruk kecuali bila janin kecil atau
jalan lahir sangat luas.Bentuk dari Kelainan Sikap ( habitus ) berupa gangguan
defleksi moderate.Presentasi yang sangat jarang.Diagnosa ditegakkan bila VT
pada PAP meraba orbital ridge dan ubun-ubun besar.
(http://dewisartikapoltek12.blogspot.com)
Diagnosis
DJJ jauh lebih jelas didengar di bagian dada yaitu di sebelah yang sama
dengan bagian – bagian kecil. Kepala janin tidak dapat turun ke rongga panggul
pada wanita yang pada persalinan sebelumnya tidak pernah mengalami kesulitan.
(prwirohardjo, sarwono, 2006, ilmu kebidanan, Jakarta : yayasan bina pustaka
sarwono prawirohardjo)
1.
Pemeriksaan Luar
a. Palpasi
·
Bokong di fundus
·
Punggung di sebelah kiri atau kanan
·
Kepala diatas simphisis. Benjolan kepala berada disebelah yang sama
seperti punggung akan tetapi tidak sejelas letak muka
b.Auskultasi
: bunyi jantung anak paling jelas didengar melewati dada.
2.
Pemeriksaan Dalam
Yang
dapat diraba ialah sutura frontalis dengan UUB diujung yang satu dan pangkal
hidung , pinggir orbita di ujung lainnya.( Marohoesodo,
Seto, 1971, Kompedium Patology Kebidanan , Bandung : Ricopy )
3. Presentasi dapat dikenali melalui pemeriksaan
palpasi abdomen dimana dagu atau oksiput dapat diraba
dengan mudah dan teraba tonjolan kepala teraba pada punggung anak.
4. Bunyi jantung anak pada
bagian-bagian kecil.
5.Diagnosa dipastikan dengan VT dan
teraba sutura frontalis – ubun-ubun besar – orbital ridges – mata atau pangkal
hidung.
Presentasi dapat dikenali melalui
pemeriksaan palpasi abdomen dimana dagu dan oksiput dapat diraba dengan mudah. Diagnosa
dipastikan dengan VT dan teraba sutura frontalis – ubun-ubun besar – orbital
ridges – mata atau pangkal hidung. Kadang-kadang dagu juga dapat diraba melalui
pemeriksaan VT. (http://dewisartikapoltek12.blogspot.com)
Etiologi
a.
Panggul sempit
b.
Janin besar
c.
Multiparitus
d.
Kelainan janis
e.
Kematian janin intrauteri
Komplikasi
a.
Ibu
Partus lama dan lebat sulit, bisa terjadi robekan yang hebat dan ruptur
uteri
b.
Anak
Mortalitas janin tinggi
Mekanisme persalinan
Kepala masuk panggul dengan dahi melintang atau miring,
dengan turunnya kepala maka dahi memutar kedepan . kalau fossa canica ada
dibawah simphisis terjadi fleksi untuk melahirkan kepala lewat perineum
kemudian terjadi defleksi untuk melahirkan mulut dan dagu dibawah simphisis. (Marohoesodo,
Seto, 1971, Kompedium Patology Kebidanan , Bandung : Ricopy ). Pada janin yang
sangat kecil atau panggul yang luas persalinan pervaginam biasanya berlangsung
dengan mudah. Pada janin aterm dengan ukuran normal, persalinan pervaginam
sulit berlangsung oleh karena engagemen tidak dapat terjadi sampai terjadinya
molase hebat yang memperpendek diamater occipitomentalis atau sampai terjadinya
fleksi sempurna atau ekstensi maksimum menjadi presentasi muka. Persalinan pervaginam pada presentasi dahi yang persisten
dapat berlangsung bila terdapat molase berlebihan sehingga bentuk kepala
berubah. Molase berlebihan akan menyebabkan caput didaerah dahi sehingga
palpasi dahi menjadi sulit.
Presentasi
dahi
Pada gambar 20.5 diatas, terlihat bahwa kepala
berada diantara posisi fleksi sempurna dengan ekstensi sempurna. Kecuali pada kepala yang kecil atau panggul yang sangat
luas, engagemen kepala yang diikuti dengan persalinam pervaginam tak mungkin
terjadi. Pada janin kecil atau panggul luas persalinan
pervaginam biasanya berlangsung dengan mudah. Pada janin aterm dengan ukuran normal, persalinan
pervaginam sulit berlangsung oleh karena engagemen tidak dapat terjadi sampai
adanya molase hebat yang memperpendek diameter occipitomentalis atau sampai
terjadinya fleksi sempurna atau ekstensi menjadi presentasi muka.
Persalinan pervaginam pada presentasi dahi yang persisten
hanya dapat berlangsung bila terdapat molase berlebihan sehingga bentuk kepala
berubah. Molase
berlebihan akan menyebabkan caput didaerah dahi sehingga palpasi dahi menjadi
sulit. Pada presentasi dahi yang bersifat sementara
(penempatan dahi) , progonosis tergantung pada presentasi akhir. Bila
presentasi dahi sudah bersifat menetap, prognosis persalinan pervaginam sangat
buruk kecuali bila janin kecil atau jalan lahir sangat luas.
Penanganan
Presentasi dahi
dengan ukuran panggul dan janin yang normal tidak akan lahir secara spontan,
sehingga harus dilakukan SC. Jika pada kala 1 belum masuk rongga panggul dapat
diusahakan mengubah presentasi dengan prasat thorn jika tidak berhasil lakukan
SC. jika kala 2 tidak berhasil lakukan SC. (prwirohardjo, sarwono, 2006,
ilmu kebidanan, Jakarta : yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo)
c.
Persentasi muka
Kepala terdapat dalam keadaan defleksi sehingga belakang kepala
tertekan pada punggung. ( Martohoesodo, Seto, 1971, Kompedium Patology
Kebidanan , Bandung : Ricopy ). Disebabkan oleh hiperekstensi kepala janin
sehingga baik oksiput maupun sinsiput tidak teraba pada periksa dalam. (
Yulianti, Devi, 2005, Manajemen Komplikasi Kehamilan dan Persalinan , Jakarta :
EGC ).
Disebabkan oleh terjadinya ektensi yang penuh dari kepala janin yang
teraba muka janin = mulut, hidung,dagu dan pipi.
Etologi :
1.
Panggul sempit
2.
Anak besar
3.
Multiparitas
4.
Tumor pada leher
5.
Anensepalus ( Martohoesodo, Seto, 1971, Kompedium Patology Kebidanan ,
Bandung : Ricopy ).
6.
Diameter antero posterior panggul ledih panjang dari diameter transvesa
7.
Segmen depan menyempit
8.
Otot-otot dasar panggul yang lembek dan multipara
9.
Kapala janin yang kecil dan bulat
Dagu
merupakan titik acuan dari posisi kepala sehingga ada prsentasi muka dagu
Anterior dan Posterior
1)
Presentasi muka dagu anterior posisi muka fleksi
2)
Presentasi muka dagu posterior posisi muka defleksi Max
Etiologi :
- Tumor leher janin
- Lilitan talipusat
- Janin anensepalus
- Kesempitan panggul dengan janin
yang besar
- Grande multipara dengan perut
gantung (pendulous abdomen)
Diagnosa
1. Presentasi wajah
primer: merupakan diagnosis kepala apabilea tidak mengalami penurunan , kepala
terasa besar atau jika pembesaran kepala terasa pada sisi uterus yang sama
dengan punggung janin. Radiologi atau pemindaian ultrasonografi dilakukan untuk
memastikan kecurigaan. Kaji keadekuatan pelvis dan singkirkan semua
abnormalitas (janin dan ibu ). (http://dewisartikapoltek12.blogspot.com)
2.
Presentasi Wajah Sekunder : curigai diagnosis ini jika presentasi janin
terlihat rendah sedangkan bagian besar dari kepala teraba pada suprapubis
sedangkan bagian besar dari kepala teraba pada suprapubis. Mata, hidung,
supraorbital dan alveolar serta mulut dapat dirasakan pada pemeriksaan
pervaginam. Tidak seperti anus, mulut
tidak mencengkeram jari pemeriksa dan gusi janin dapat dirasakan.
Pemindaian USG dapat mempetegak diagnosis ( T.Y LIU, David, 2007, Manual
Persalinan Edisi 3 , Jakarta : EGC ).
Pemeriksaan
luar
- Palpasi :
1)
Bokong di fundus
2)
punggung sebelah kiri atau kanan
3)
kepala diatas simphisis, benjolan kepala terdapat di sebelah yang sama
seperti di punggung
- auskultasi :
bunyi di
jantung anak paling jelas terdengar melewati dada anak jadi paling jelas
disebelah yang sama seperti bagian – bagian kecil.
Pemeriksaan Dalam
Yang dapat diraba
adalah dagu, mulut, hidung dan orbita. ( Martohoesodo, Seto, 1971, Kompedium
Patology Kebidanan , Bandung : Ricopy )
Tonjolan
kepala teraba sepihak dengan punggung.dan antara belakang kepala dengan
punggung terab asudut yang runcing ( sudut fabre).tonjolan kepala ini
berlawanan dengan bagian-bagian kecil janin.bunyi jantung anak juga terdengar
pada bagian kecil janin.
Leopold I :
dalam fundus teraba biokong
Leopold II : punggung teraba sebelah kanan, bagian-bagian
kecil sebelah kiri agak kedepan dan lebih mudah teraba
Leopold III :
kepala dapat digerakan diatas sympisis kecuali kalau kepala sedah masuk PAP
Leopold I V :
tonjolan kepala sebelah kiri
Penanganan
10.
Dagu anterior
Bila pembukaan lengkap Lahirkan dengan persalinan spontan pervaginam
Bila
kemajuan persalinan lembut lakukan disitoksin drip. Bila penurunan
kurang lancar sedangkan pembukaan belum lengkap dan Tidak didapatkan tanda opstuksi, lakukkan
oksitosin drip. Lakukan evaluasi persalinan sama dengan perslinan vertek.
11. Dagu posterior
bila
pembukaan lengkap SC bila pembukaan tidak lengkap, lakukan penilaian penurunan
rotasi, dan kemajuan persalinan, jika macet SC
Pada presentasi muka terjadi hiperekstensi maksimum kepala sehingga oksiput menempel dengan
punggung janin dengan demikian maka yang merupakan presentasi (bagian terendah)
janin dan sekaligus denominator adalah mentum. Dalam
orientasinya dengan simfisis pubis, maka presentasi muka dapat terjadi dengan mento
anterior atau mento
posterior.
Pada janin aterm dengan presentasi muka mento-posterior,
proses persalinan terganggu akibat bregma (dahi) tertahan oleh bagian belakang simfisis pubis. Dalam
keadaan ini, gerakan fleksi kepala agar persalinan pervaginam dapat berlangsung
terhalang, maka persalinan muka spontan per vaginam tidak mungkin terjadi.
Persalinan pervaginam hanya mungkin berlangsung
bila dagu berputar ke anterior. Bila dagu berada di anterior, persalinan kepala
per vaginam masih dapat berlangsung pervaginam melalui gerakan fleksi kepala. Pada
sejumlah kasus presentasi muka dagu posterior, dagu akan berputar spontan ke
anterior pada persalinan lanjut sehingga dapat terjadi persalinan spontan per
vaginam atau menggunakan ekstraksi cunam. Pada tahun 1995 sampai 1999 , angka kejadian presentasi
muka di Parkland Hospital sekitar 1 : 2000 persalinan. (http://smartsroom.blogspot.com)
Mekanisme persalinan pada presentasi muka:
1.
Ekstensi :
daerah yang dipilih secara acak pada janin untuk menentukan posisi presentasi
wajah adalah dagu. Yang dapat dipalpasi karena kepala ekstensi bukan fleksi.
2.
Engagement
: terjadi ketika diameter trakelobregmatik telah melewati PAP.
3.
Penurunan
terjadi seluruhnya : ekstensi yang lebih jauh terjadi ketika menemui tahanan
dan dahi serta oksiput ditekan kebelakang sementara dagu menjadi bagian
terbawah dari bagian presentasi dan memimpin arah penurunan melalui pelvis ibu.
4.
Rotasi
internal biasanya terjadi terakhir dalam persalinan pada saat penurunan
memungkinkan seluruh bagian wajah janin berada pada dasar pelvis dengan baik.
5.
Pelahiran
kepala : saat dagu berotasi ke arh mentum anterior, kepala dilahirkan dengan
mekanisme ganda, yaitu ekstensi yang dilanjutkan dengan mekanisme ganda , yaitu
ekstensi yang dilanjutkan dengan fleksi.
6.
Resusitasi
terjadi 45 º kearah asal kepala berotasi pada saat rotasi internal.
7.
Rotasi
eksternal : terjadi 45 º lagi ke arah yang sama seperti restitusi sebagai contoh
ke posisi RMT ( atau LOT )
8.
Pelahiran
bahu dan badan : hal ini terjadi dengan fleksi lateral melalui sumbu carus. (
Varney , Hellen, dkk, 2007, Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 2, Jakarta : EGC
)
Presentasi
muka jarang terjadi bila kepala masih diatas Pintu Atas Panggul. Umumnya keadaan diawali dengan presentasi dahi yang
kemudian pada proses desensus berubah menjadi presentasi muka . Mekanisme persalinan terdiri dari densensus – putar paksi
dalam – fleksi – ekstensi dan putar paksi luar.
Tujuan Putar Paksi Dalam adalah agar dagu berada
dibelakang simfisis pubis oleh karena hanya pada posisi ini kepala janin dapat
melewati perineum melalui gerakan fleksi. Setelah Putar Paksi Dalam dagu kedepan selesai dan tahapan
desensus berikutnya berlangsung, maka dagu dan mulut nampak di vulva dan
persalinan kepala berlangsung melalui gerakan fleksi. Setelah kepala lahir, oksiput akan mendekati anus dan dagu
berputar seperti saat memasuki Pintu Atas Panggul. Persalinan bahu berlangsung
seperti pada presentasi belakang kepala. Pada presentasi muka, edema akan merubah bentuk wajah. Molase juga terjadi dan menyebabkan bertambah panjangnya
diameter occipitomentalis. (http://smartsroom.blogspot.com)
Penatalaksanaan:
- Kaji ukuran janin dengan
cermat, wajah tidak mengalami molase dan pelahiran pervaginam tidak
mungkin dilakukan kecuali diameter pelvis ideal.
- Pastikan analgesia yang
adekuat
3.
Mempertahankan pengawasan yang ketat. Distress janin cenderung terjadi
karena lamanya persalinan dan posisi leher yang salah. diagnosis ( T.Y LIU,
David, 2007, Manual Persalinan Edisi 3 , Jakarta : EGC ).
4.
Kenali bahwa presentasinya adalah persentasi muka dan memberitahu
dokter yang bertanggung jawab mengenai malpresentasi ini
5.
Evaluasi kembali keadekuatan pelvis dan konsultasikan dengan dokter
juka terdapat keraguan mengenai kemungkinan disproporsi sefalopelvic untuk
menyingkirkan kondisi ini
6.
Pantau dengan cermat mekanisma persalinan rotasi internal. Bidan harus
segera memberitahu dokter jika rotasi ke arah posisi mentun posterior langsung
Untuk pelahiran kepala:
1. Beri tekanan pada
dahi janin guna mempertahankan ekstensi sampai dagu dilahirkan .
2. Kendalikan kepala
memungkinkan fleksi bertahap dan pelahiran bagian yang lebih banyak. ( Varney , Hellen, dkk, 2007, Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Volume 2, Jakarta : EGC )
Bila
ukuran panggul normal dan kemajuan proses persalinan berlangsung secara normal,
persalinan pervaginam pada presentasi muka dapat berlangsung dengan wajar. Observasi Detik Jantung Janin dilakukan dengan monitor
eksternal. Presentasi muka sering terjadi pada panggul
sempit, maka terminasi kehamilan dengan SC sering terpaksa harus dilakukan. Usaha
untuk merubah presentasi muka menjadi presentasi belakang kepala , pemutaran
posisi dagu posterior menjadi dagu anterior secara manual atau dengan cunam,
serta dengan versi ekstraksi dalam era obstetri modern tidak lagi dikerjakan. Prinsip penatalaksanaan sama dengan pada presentasi
muka.
d.
Persentasi
occiptio posterior persisten
Pada persalinan
persentasi belakang kepala, kepala janin turun melalui PAP dengan sutura
sagitaris melintang / miring, sehingga UUK dapat berada di kiri melintang,
kanan melintang, kiri depan, kanan depan, kiri belakang atau kanan belakang.
Etiologi
a)
Diameter antero posterior panggul lebih panjang dari diameter tranvesa
b)
Segmen depan menyempit
c)
Otot-otot dasar pinggul yang lembek pada multipara
d)
Kepala janin yang kecil dan bulat
e)
Tidak terjadi putaran paksi dalam sehingga sutura sagitalis tetap
melintang.
f)
Bayi besar
g)
Pelvis android atau anthropoid
h)
Plasent letk rendah anterior
i)
Defleksi kepala( Malrotasi (TY, LIU, David,
2007, Manual Pesalinan Edisi3, Jakarta :
EGC)
Diagnosa
1.
Palpasi
Ekstremitas janin
berada diantara anterior dan memberikan tampilan cekung pada abdomen bagian
bawah ibu. Kepala tidak cakap dan sinsiput terasa superficial ketika ibu yang
berbaring horizontal dipalpasi. Bahu janin dan bunyi jantung terkeras dan
terletak lateral dari garis tengah.
2. Pemeriksaan Pervaginal
Bagian persentasi
tidak menempel dengan baik pada serviks. Sering terjadi defleksi. Fontanel
anterior mudah teraba di bawah simphisis. Jika diagnosis mengalami kesulitan,
masukkan satu jari melalui sisi wajah janin dan tentukan letak telinga.
Gerakkan jari melalui dasar telinga akan menunjukkan bahwa pinna mengarah ke
oksiput. (TY, LIU, David, 2007, Manual Pesalinan Edisi3, Jakarta : EGC)
Penanganan
3.
Jika terdapat tanda – tanda obstruksi tetapi DJJ normal, minta ibu untuk mengubah posisi untuk
mendorong rotasi spontan. Jika DJJ abnormal ( < 100 / > 180 x/menit )
pada semua kala lahirkan janin melalui SC.
4.
Jika ketuban utuh pecahkan.
5.
Jika pembukaan serviks tidak lengkap dan tidak terdapat tanda – tanda
obstruksi percepat persalinan dengan oksitosin
6.
Jika pembukaan lengkap tapi tidak terjadi penurunan pada fase
pengeluaran kaji tanda – tanda obstruksi dan percepat dengan oksitosin.
7.
Jika pembukaan lengkap dan kepala janin teraba > 3/5 diatas
simphisis atau ujung penonjolan tulang kepala janin berada di atas stasion -2
Lakukan SC.
8.
Jika pembukaan lengkap dan kepala janin teraba diantara 1/5 dan 3/5
diatas simphisis pubis atau ujung penonjolan kepala janin berada diantara
stasion 0 dan -2.
Lahirkan dengan
ekstraksi vakum dan simfisiotomi (Yulianti, Devi, 2005,
Manajemen Komplikasi Kehamilan dan Persalinan , Jakarta : EGC)
9.
Lakukan pengawasan dengan seksama dengan harapan dapat lahir spontan
10.
Tindakan baru di lakukan jika kala II terlalu lama/ada tanda-tanda
bahaya terhadap janin. Jika Pada persalinan dapat terjadi robekan peremium
yang teratur atau extensi dari episiotomi
11.
Periksa ketuban bila intake, pecah ketuban
12. Bila penurunan
kepala 3/5 diatas PAP atau diatas 2 SC
13. Bila pembukaan belum
lengkap dan tidak ada tanda obstruksi, beri oksitosin drip.
14. Bila pembukaan
lengkap dan tidak ada kemajuan pada fase pengeluaran, ulangi apakah ada
obstruksi. Bila tidak ada tanda abstruksi oksitosin drip
15. Bila pembukaan
lengkap dan kepala masuk sampai tidak kurang 1/5 atau O EV atau forseps
16. Bila ada tanda
obstruksi / gawat janin SC
DAFTAR PUSTAKA
Chapman, Vicky, 2006, Asuhan Kebidanan Persalina dan Kelahiran ,
Jakarta : EGC
Marohoesodo, Seto, 1971, Kompedium Patology Kebidanan , Bandung :
Ricopy
Prawirohardjo,
Sarwono, 2006, Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
TY, LIU, David, 2007, Manual Pesalinan Edisi3, Jakarta : EGC
Varney , Hellen, dkk, 2007, Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 2,
Jakarta : EGC
Yulianti, Devi, 2005, Manajemen Komplikasi Kehamilan dan Persalinan
, Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar