1. Pengertian dan Pertumbuhan Perkembangan
Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan yang bersifat kuantitatif, yang mengacu pada jumlah, besar, serta luas yang bersifat konkret yang biasanya menyangkut ukuran dan struktur bilogis. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses kematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal dalam perjalanan waktu tertentu. Hasil pertumbuhan berupa bertambahnya ukuran kuantitatif dari fisik anak seperti tinggi dan berat badan, kekuatan, ataupun proporsi sehingga secara ringkas pertumbuhan adalah proses perubahan dan kematangan fisik yang menyangkut perubahan ukuran atau perbandingan.
Sedangkan perkembangan adalah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada kualitas fungsi organ-organ jasmaniah dan bukan pada organ jasmani tersebut sehingga penekanan arti perkembangan terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang termanifestasi pada kemampuan organ fisiologis. Proses perkembangan akan berlangsung sepanjang kehidupan manusia, sedangkan proses pertumbuhan seringkali akan berhenti jika seseorang telah mencapai kematangan fisik.[1]
Menurut Piaget, kemampuan kognitif yang memungkinkan pembentukan pengertian, berkembang dalam periode utama anak usia 1-4 tahun yang mencakup dua tahapan. Pertama, tahap sensori motor perkembangan kognitif, anak mulai mengembangkan pengertian akan dirinya sebagai terpisah dan berbeda drai lingkungan, hubungan sebab akibat, waktu dan ruang. Berlangsung sejak lahir hingga saat anak berusia 2 tahun. Kedua, tahap praoperasional perkembangan kognitif yang berlangsung sejak usia 2 hingga 6 tahun, merupakan saat anak mampu menggunakan bahasa dan pemikiran simbolik.[2]
2. Aspek-aspek Perkembangan Anak Usia 1-4 Tahun
a. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik merupakan hal yang bersifat tampak dan dapat mudah dilihat dengan kasat mata. Perkembangan fisik meliputi bertambahnya berat badan, tinggi bedan, tumbuhnya gigi pada anak dll.
Pertumbuhan selama awal masa anak-anak berlangsung lambat dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan masa bayi. Awal masa anak-anak merupakan masa pertumbuhan yang relatif seimbang meskipun terdapat perbedaan musim, bulan Juli sampai pertengahan Desember merupakan pertengahan bulan yang untuk peningkatan berat badan, dan April sampai pertengahan Agusutus untuk peningkatan tinggi tubuh.[3]
Pada usia 1 tahun, gigi pada anak mulai muncul, namun masih terbatas pada gigi seri. Selanjutnya otot-otot atau tulang sudah mulai keras, anak sudah mampu berjalan. Pada akhir usia 3 tahun, seorang anak memilliki tinggi 3 kaki. Berat badannya kira-kira 15 Kg. namun tentunya terdapat perbedaan berat badan antara anak satu dengan yang lainnya, hal ini bisa dikarenakan faktor keturunan, efek pemberian nutrisi, pemberian imunisasi secara teratur pada masanya dan faktor lain yang dimiliki anak dalam riwayat hidupnya.[4] Anak laki-laki akan lebih berat dan lebih tinggi dari pada anak perempuan, namun hal ini juga bisa berbeda karena bergantung pada perawatan dan kecenderungan partumbuhan anak. Dalam usia ini otot-otot anak menjadi lebih kuat dan tulang-tulang mulai tumbuh menjadi besar dan keras dari pada sebelumnya. Otakpun telah berkembang sekitar 75% dari berat otak usia dewasa[5]
Secara lebih jelas, perkembangan fisik anak pada masa awal anak-anak adalah sebagaimana dijelaskan dalam tabel dibawah ini:[6]
Aspek Pertumbuhan
Tinggi Pertambahan tinggi badan setiap tahunnya kira-kira 3 inci, pada usia 6 tahun kira-kira tinggi anak rata-rata 46,6 inci
Berat Pertumbuhan berat badan setiap tahunnya kira-kira 3-5 pon
Perbandingan tubuh Perbandingan tubuh sangat berubah dan penampilan bayi tidak tampak lagi. Wajah tetap kecil namun dagu tampak lebih jelas, dan leher lebih memanjang. Gumpalan pada bagian-bagian tubuh berangsur-angsur berkurang dan tubuh cenderung berbentuk kerucut. Dengan perut yang rata/tidak buncit, dada yang lebih bidang dan rata, bahu lebih luas dan lebih persegi. Lengan dan kaki lebih panjang dan lurus. Tangan dan kaki tumbuh lebih besar
Postur tubuh Perbedaan postur tubuh untuk pertama kali tampak lebih jelas dalam awal kanak-kanak. Ada yang posturnya gemuk, lembek atau endomorfik, ada juga yang kuat berotot atau disebut sebagai mesomorfik, dan ada juga yang relatif kurus atau eksomorfik.
Tulang dan Otot Tingkat pengerasan otot bervariasi, pada bagian-bagian tubuh mengikuti hukum perkembangan arah. Otot menjadi lebih besar, lebih kuat dan lebih berat. Sehingga anak tampak lebih kurus meskipun beratnya bertambah
Lemak Anak-anak yang cenderung bertubuh endomorfik lebih banyak jaringan lemaknya dari pada jaringan otot. Sedangkana anka yang cenderung tumbuh mesomorfik mempunyai jaringan otot lebih banyak dari pada jaringan lemak. Dan yang bertubuh ektomorfik mempunyai otot-otot yang kecil dan sedikit jaringan lemak
Gigi Bayi usia 1 tahun biasanya tumbuh gigi seri yaitu di bagian depan atas dan bawah. Selama 4/ 6 bulan pertama dari masa awal anak-anak, empat gigi bayi yang terakhir-geraham belakang-muncul. Selama satu setengah tahun terakhir gigi bayi mulai tanggal dan digantikan oleh gigi tetap. Yang mula-mula lepas yaitu gigi bayi yang pertama kali tumbuh, atau gigi seri. Bila masa awal anak-anak berakhir umumnya bayi memiliki satu/dua gigi tetap di depan dan beberapa celah dimana gigi tetap akan muncul.
Sekalipun perkambangan-perkembangan anak masa awal anak-anak ini bisa diramalkan tetapi terdapat perbedaan individual dalam semua aspek perkembangan fisik. Misal anak dengan kecerdasan tinggi, maka tumbuh kembangnya akan cenderung lebih cepat dibandingkan dengan anak dengan kecerdasan sedang atau dibawah rata-rata, dan gigi sementaranya akan lebih cepat tanggal. Anak dari kelompok sosial ekonomi tinggi cenderung memperoleh gizi dan perawatan yang lebih baik sebelum dan sesudah kelahirannya. Oleh karena itu, perkembangan tinggi, berat, dan otot-otot badan cenderung lebih baik.
b. Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik berkaitan erat dengan perkembangan fisik anak. karena kecerdasan motorik anak, dipengaruhi oleh aspek perkembangan yang lainnya, terutama dengan kekuatan fisiknya. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya.[7]
Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal. .
Teori yang menjelaskan secara detai tentang sistematika motorik anak adalah Dynamic System Theory yang dikembangkan Thelen & whiteneyerr. Teori tersebut mengungkapkan bahwa untuk membangun kemampuan motorik anak harus mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu dan menggunakan persepsi mereka tersebut untuk bergerak. Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak.[8] Misalnya ketika anak melihat mainan yang beraneka ragam, anak mempersepsikan dalam otaknnya bahwa dia ingin memainkannya. Persepsi tersebut memotivasi anak untuk melakukan sesuatu, yaitu bergerak untuk mengambilnya. Akibat gerakan tersebut, anak berhasil mendapatkan apa yang di tujunya yaitu mengambil mainan yang menarik baginya.
Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Beberapa pengaruh perkembangan motorik terhadap konstelasi perkembangan individu dipaparkan oleh Hurlock (1996) sebagai berikut:
1) Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan.
2) Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang independent. Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang perkembangan rasa percaya diri.
3) Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayannya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucilkankan atau menjadi anak yang fringer (terpinggirkan).
4) Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan self-concept atau kepribadian anak.
Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otak lah yangmengendalikan setiap gerakan yang dilakukan anak.Semakin matangnya perkembangan system syaraf otak yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak. Perkembangan motorik anak dibagi menjadi dua:
1) Keterampilan atau gerakan kasar seperti berjalan, berlari, melompat, naik turun tangga.
2) Keterampilan motorik halus atau keterampilan manipulasi seperti menulis, menggambar, memotong, melempar dan menagkap bola serta memainkan benda-benda atau alat-alat mainan
Selain berkaitan erat dengan fisik dan intelektual anak, kemampuan motorik pun berhubungan dengan aspek psikologis anak. Damon & Hart, menyatakan bahwa kemampuan fisik berkaitan erat dengan self-image anak. Anak yang memiliki kemampuan fisik yang lebih baik di bidang olah raga akan menyebabkan dia dihargai teman-temannya. Hal tersebut juga seiring dengan hasil penelitian yang dilakukan Ellerman, bahwa kemampuan motorik yang baik berhubungan erat dengan self-esteem. Disamping itu, perkembangan motorik anak berpengaruh terhadap perkembangan bahasa anak.[9]
Selain berbagai kegiatan stimulasi, hal lain yang mempengaruhi perkembangan motorik anak adalah gizi anak. Banyak penelitian yang menerangkan tentang pengaruh gizi terhadap kecerdasan serta perkembangan motorik kasar.
Perkembangan motorik anak dari tahun ketahun bisa dijelaskan dalam tabel berikut:[10]
Usia Tahap Perkembangan
1-2 tahun - Berjalan sendiri dengan mantap,
- Berjalan mundur,
- Duduk sendiri,
- Bergoyang-goyang mengikuti irama musik,
- Menarik dan mendorong alat permainan,
- Memasukkan benda ke lubang atau keranjang,
- Membuka-buka ember,
- Mencoret-coret,
- Menarik, memutar, mendorong benda-benda yang ada di sekitarya,
- Melempar-lempar.
3 tahun - Berdiri di atas salah satu kaki selama 5-10 detik
- Berdiri di atas kaki lainnya selama beberapa saat
- Menaiki dan menuruni tangga, dengan berganti-ganti dan berpeganngan pada peganngan tangga
- Berlari berputar-putar tanpa kendala
- Melompat ke depan dengan dua kaki 4 kali
- Melompat dengan salah satu kaki 5 kali
- Melompat dengan sebelah kaki lainnya dalam satu lompatan
- Menendang bola ke belakang dan ke depan dengan mengayunkan kaki
- Menangkap bola yang melambung dengan mendekapnya ke dada
- Mendorong, menarik dan mengendarai mainan beroda atau sepeda roda tiga
- Mempergunakan papan luncur tanpa bantuan
- Membangun menara yang terdiri dari 9 atau 10 kotak
- Menjiplak garis vertical, horizontal dan silang
- Menjiplak lingkaran
- Mempergunakan kedua tangan untuk mengerjakan tugas.
- Memegang kertas dengan satu tangan dan memepergunakan gunting untuk memotong selembar kertas berukuran 5 inci persegi menjadi dua bagian.
4 tahun - Berdiri di atas satu kaki selama 10 detik
- Berjalan maju dalam satu garis lurus dengan tumit dan ibu jari sejauh 6 kaki
- Berjalan mundur dengan ibu jari ke tumit
- Lomba lari
- Melompat ke depan 10 kali
- Melompat kebelakang sekali
- Bersalto/ berguling ke depan
- Menendang secara terkoordinasi ke belakang dank e depan dengan kaki terayun dan tangan mengayun kea rah berlawanan secara bersamaan.
- Dengan dua tangan menangkap bola yang dilemparkan dari jarak 3 kaki
- Melempar bola kecil dengan kedua tangan ke pada seseorang yang berjarak 4-6 kaki darinya
- Membangun menara setinggi 11 kotak
- Menggambar sesuatu yang berarti bagi anak tersebut. Dapat dikenali orang lain
- Mempergunakan gerakan-gerakan jemari selama permainan jari
- Menjiplak gambar kotak
- Menulis beberapa huruf
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwasanya, semakin bertambahnya usia anak, maka akan semakin bertambah pula perekembangan motoriknya. Karena sesungguhnya perkembangan motorik berjalan seirama dengan perkembangan fisik disamping perkembangan intelektual.
c. Perkembangan Sosial
Syamsu Yusuf (2007) menyatakan bahwa Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama.
Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya.[11]
Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang.
Antara usia 2 dan 3 tahun, anak menunjukkan minat yang nyata untuk melihat anak-anak lain dan berusaha mengadakan kontak sosial dengan mereka. Ini dikenal dengan bermain sejajar, yaitu bermain sendiri-sendiri. Tidak bermain dengan anak-anak lain. Kalaupun terjadi kontak, maka kontak ini cenderung bersifat perkelahian, bukan kerjasama. Bermain sejajar merupakan bentuk kegiatan sosial yang pertama-tama dilakukan dengan teman sebayanya.
Perkembangan selanjutnya adalah bermain assosiatif, dimana anak terlibat dalam kegiatan yang menyerupai kegiatan anak-anak lain. Dengan meningkatnya kontak sosial, anak terlibat dalam bermain kooperatif, dimana ia menjadi anggota kelompok yang saling berinteraksi.
Untuk lebih jelasnya, maka berikut adalah pola perilaku sosial dan tidak sosial masa awal anak-anak.[12]
No Perilaku Sosial Perilaku Non Sosial
1. Meniru; agar sama dengan kelompok, anak meniru sikap dan perilaku orang yang sangat ia kagumi Negativisme; melawan otoritas orang dewasa, mencapai puncaknya antara usia 3-4 tahun, dan kemudian menurun
2. Persaingan; keinginan untuk mengungguli dan mengalahkan orang lain. Tampak pada usia 4 tahun Agresif; meningkat pada usia 2-4 tahun dan kemudian menurun. Serangan fisik mulai diganti dengan serangan-serangan verbal dalam bentuk memaki-maki dan menyalahkan orang lain
3. Kerjasama; mulai berkembang pada anak usia 3 tahun, yaitu meningkatnya kesempatan untuk bermain dengan anak lain Perilaku berkuasa; mulai sekitar usia 3 tahun dan semakin meningkat dengan bertambah banyaknya kesempatan untuk kontak sosial
4. Simpati; timbul kadang-kadang sebelum 3 tahun. Semakin banyak kontak bermain, maka akan semakin cepat simpai berkembang Mementingkan diri sendiri; karena cakrawala sosial anak terutama terbatas di rumah, maka seringkali anak memeikirkan dan mementingkan dirinya sendiri
5. Membagi; dari pengalaman ber-sama orang lain, anak mengetahui bahwa salah satu cara untuk mem-peroleh persetujuan sosial adalah dengan membagi miliknya teru-tama mainan untuk anak-anak lain. Lamban laun sifat memen-tingkan diri sendiri berubah menjadi murah hati Merusak; ledakan amarah sering disertai dengan tindakan merusak benda-benda di sekitar-nya. Mulai Anak usia 3 tahun
Apabila anak pada usia 4 tahun telah mengalami pengalaman sosialisasi pendahuluan, biasanya ia mengerti dasar-dasar permainan kelompok, sadar akan pendapat orang lain dan berusaha memperoleh perhatian dengan cara berlagak menonjolkan diri. Dalam tahun-tahun berikutnya, ia memperhalus perilaku sosialnya dan mempelajari pola perilaku baru yang lebih dpat diterima oleh kelompok teman-temannya.
d. Perkembangan Emosi
Karena emosi memainkan peran sedemikian penting dalam kehidupan, maka penting diketahui begaimana perkembangan dan pengaruh emosi terhadap penyesuaian pribadi dan sosial. Sukar mempelajari emosi anak-anak karena informasi tentang aspek emosi yang subyektif hanya dapat diperoleh dengan cara introspeksi, sedangkan anak-anak tidak dapat menggunakan cara tersebut dnegan baik karena masih berusia sedemikian muda.
Mengingat pentingnya peran emosi dalam kehidupan anak, tidaklah mengherankan kalau sebagian keyakinan tradisional tentang emosi yang telah berkembang selama ini bertahan kukuh tanpa informasi yang tepat untuk menunjang ataupun menentangnya. Sebelum bukti ilmiah dapat diperoleh, keyakinan tradisional ini tampaknya tidak hanya berakar kuat, tetapi juga mempengaruhi cara orang tua dan orang dewasa lainnya yang mempunyai pean pengganti dalam bereaksi terhadap emosi anak.[13]
Diantara emosi yang umum pada awal masa anak-anak:[14]
Aspek Perkembangan
Amarah Penyebab amarah yang paling umum adalah pertengkaran mengenai permainan, tidak tercapainya keinginan dan serangan yang hebat dari anak lain. Anak mengungkapkan rasa marah dengan ledakan amarah yang ditandai dengan menangis, berteriak, menggertak, menendang, melompat-lompat dan memukul
Takut Pembiasaan, peniruan, dan ingatan tentang pengalaman yang kurang menyenangkan berperan penting dalam menimbulkan rasa takut seperti cerita, gambar, acara radio, dan televisi
Cemburu Anak menjadi cemburu bila ia mengira bahwa minat dan perhatian orang tua yag beralih kepada orang lain dalam di dalam keluarga, biasanya adik yang baru lahir.
Ingin tahu Anak mempunyai rasa ingin tahu terhadap hal yang baru dilihatnya, juga mengenai tubuhnya sendiri dan tubuh orang lain. Reaksi pertama adalah dalam bentuk penjelajahan sensomotorik, kemudian sebagai akibat dari tekanan sosial dan hukuman, ia bereaksi dengan bertanya
Iri hati Iri hati diungkapkan dalam bermacam-macam cara, yang paling umum adalah mengeluh tentang barangnya sendiri, dengan mengungkapkan keinginan untuk memiliki barang seperti dimiliki orang lain atau dengan mengambil benda-benda yang menimbulkan iri hati
Gembira Anak mengungkapkan kegembiraannya enggan ter-senyum dan tertawa, bertepuk tangan, melompat-lompat atau memeluk benda atau orang yang membuat bahagia
Sedih Secara khas anak mengungkapkan kesedihan dengan menangis dan dengan kehilangan minat terhadap kegiatan normalnya
Kasih saying Anak-anak belajar mencintai orang, binatang atau benda yang menyenangkannya. Ketika masih kecil anak menyatakannya secara fisik dengan memeluk, menepuk dan mencium obyek kasih sayangnya.
Adapun faktor yang mempengaruhi rasa takut pada anak-anak yaitu.
1. Intelegensi, anak-anak yang terlalu cepat dewasa mempunyai ciri khas rasa takut seperti yang dimiliki oleh anak-anak pada tingkat usia yang lebih tua, dan anak-anak yang terbelakang mentalnya mempunyai ciri khas rasa takut seperti yang dimiliki oleh anak-anak pada tingkat usia yang lebih muda.
2. Jenis kelamin, pada semua usia dan ditinjau sebagai suatu kelompok, anak-anak perempuan memperlihatkan ketakutan lebih banyak dibandingkan dengan anak laki-laki.
3. Status sosial ekonomi, anak-anak dari keluarga berstatus sosial ekonomi erndah pada semua tingkat usia mempunyai ketakutan yang lebih banyak dibandingkan dengan anak-anak dari keluarga kelas menengah dan keluarga kelas tinggi. Mereka terutama takut pada kekerasan, yang merupakan hal yang tidak terlalu ditakuti anak-anak dari keluarga kelas menengah dan tinggi.
4. Kondisi fisik, jika anak-anak dalam keadaan letih, lapar, dan kurang sehat, mereka bereaksi dengan ketakutan yang lebih besar dibandingkan dengan dalam keadaan normal, dan mereka lebih mudah takut terhadap beragai macam situasi yang dalam keadaan normal tidak menimbulkan rasa takut.
5. Hubungan sosial, berada bersama anak lain yang sedang ketakutan juga menimbulkan rasa takut. Jika jumlah individu dalam kelompok bertambah, maka menakutkan akan dirasakan bersama dan jumlah rasa takut dari setiap anak akan bertambah.
6. Urutan kelahiran, anak pertama cenderung mempunyai ketakutan yang lebih banyak dibadingkan dengan anak lahir kemudian karena mereka dibayangi sikap orang tua yang terlalu melindungi.
7. Kepribadian, anak yang emosinya tidak tenteram cenderung lebih mudah merasa takut dibandingkan dengan anak yang tenteram.[15]
e. Perkembangan Bahasa
Bahasa merupakan suatu bentuk komunikasi baik lisan, tertulis, maupun isyarat, yang berdasarkan pada suatu sistem dari simbol-simbol.[16] Perkembangan bahasa dimulai sejak lahirnya seseorang ke dunia. Hingga usia 6 bulan, bayi berbahasa dengan cara berteriak, bercicit, menggeram, bersorak, dll. Semua itu merupakan awal dari produksi huruf-huruf vokal (a, i, u, e, dan o).[17]
Kemudian dari usia 6 hingga 10 bulan, seorang bayi menghasilkan suara yang lebih rumit disebut babbling (ocehan, celoteh). Awalnya bayi mempraktikkan huruf-huruf vokal secara lebih sempurna, dimulai dengan bersuara dengan bibir membentuk huruf o, huruf vokal belakang (oo, oh, ah...). Setelah itu mengeluarkan huruf vokal depan yang bibirnya tetap datar (ee, eh, ay...). Konsonan pertama yang keluar adalah h, m, dan b, yang bisa dikombinasikan dengan huruf vokal untuk membuat sebuah suku kata. Sesudah itu, mereka menambahkan p, w, t, d, n, f dan v. Baru kemudian menambahkan huruf k, g, dan ng. Sedangkan bunyi yang paling terakhir di ucapkan adalah konsonan l dan r.[18]
Pada usia 1 hingga 1,5 tahun disebut sebagai tahapan satu kata. Setiap kata yang terucap mewakili satu kalimat dengan sendirinya. Seorang anak bisa menghasilkan 3 atau 4 kata, dan dapat memahami 30-40 kata. Selain itu, ada beberapa anak yang memahami bahkan menggunakan sebanyak 80 kata. Adapun beberapa kata umum yang merupakan kosakata awal dari mayoritas anak adalah mama, daddy, doggy, milk, cookie, doll, car, hi, bye-bye, dan no.[19]
Sedangkan pada usia 1,5 hingga 2 tahun, anak sudah dapat merangkai dua kata. Berikut ini beberapa contoh yang menunjukkan ragam fungsi gramatikal menggunakan dua kata.[20]
- Identifikasi: “Lihat anjing”
- Lokasi: “Buku sana”
- Ketiadaaan: “Semua hilang”
- Kepemilikan: “Permenku”
- Pertanyaan: “Bola mana?”
Contoh-contoh di atas diambil dari anak-anak yang bahasa ibunya adalah bahasa Inggris, Jerman, Rusia, Finlandia, Turki, atau Samoa. Ucapan-ucapan di atas bersifat sangat ringkas, menghilangkan banyak gramatikal dalam pembicaraan. Kombinasi kata-kata anak memiliki kualitas ekonomis dan bersifat telegrafis. Pembicaraan telegrafis artinya penggunaan kata-kata pendek dan singkat tanpa ada tanda-tanda gramaatikal seperti kata penghubung, kata kerja bantu, dll.[21]
Pada usia 3 tahun, anak banyak mengucapkan bahasa yang tidak beraturan. Misalnya, kata “I go-ed” sebagai pengganti “I went” dan “foots” sebagai pengganti “feet”. Pada usia ini anak bisa berbicara dalam kalimat dengan empat kata dan mungkin juga mempunyai 1000 perbendaharaan kosakata.[22]
Pada usia 4 tahun, anak mulai mengajukan berbagai macam pertanyaan (where, what, who, why, when). Anak dapat merangkai kalimat dalam lima kata, dan mungkin mempunyai 1500 kata dalam kosakata mereka. Sedangkan pada usia lima tahun anak dapat membuat kalimat enam kata, dan menggunakan sebanyak 2000 kata.[23] Anak usia empat tahun belajar mengubah percakapan sesuai situasi. Contohnya, seorang anak berusia empat tahun akan membedakan cara bicaranya terhadap anak berusia dua tahun dibandingkan dengan ketika berbicara dengan teman sebayanya. Anak juga akan lebih sopan bila berbicara dengan orang dewasa.[24]
f. Perkembangan Moral
Perkembangan moral adalah perubahan penalaran, perasaan, dan perilaku tentang standar benar dan salah. Perkembangan moral memiliki dimensi intrapersonal dan interpersonal.
Kohenberg menjabarkan enam tahap perkembangan moral dalam tiga level umum secra terperinci. Level I disebut sebagai moralitas prakonvensional, level II disebut sebagai moralitas konvensional, dan level III disebut dengan moralitas pascakonvensional.[25] Di dalam buku tersebut tidak disebutkan secara spesifik mengenai usia anak pada masing-masing level tersebut. Hanya saja penulis beranggapan bahwasanya usia 1-4 tahun termasuk dalam kategori moralitas prakonvensional.
Moralitas prakonvensional adalah tingkat terendah dari penalaran moral, moralitas ini terdiri dari dua tahap, yaitu:[26]
1) Tahap I, moralitas hetronom. Pada tahap ini moral terkait dengan punishment (hukuman). Contohnya, anak berpikir bahwa dirinya harus patuh karena takut pada hukuman terhadap perilaku melanggar.
2) Tahap II, individualisme, tujuan instrumental, dan pertukaran. Dalam tahap ini anak cenderung memikirkan kepentingan dirinya sendiri. Sesuatu yang benar adalah melibatkan sesuatu yang setara. Anak berpikir bahwa jika mereka baik terhadap orang lain, maka orang lain harus baik terhadap mereka.
g. Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget, perkembangan kognitif pada hakikatnya adalah perkembangan penalaran logis (development of ability to reason logocally). Baginya, makna berpikir dalam proses mental jauh lebih penting daripada sekedar mengerti. Pengaruh perkembangan bahasa pada kognitif cukup signifikan. Terlebih lagi dengan bertambahnya usia, kegiatan menulis dan membaca merupakan bagian penting dari perkembangan kognitif. Dengan kata lain, bahasa merupakan salah satu alat vital untuk kegiatan kognitif.[27]
Selain itu, Piaget juga berpendapat bahwa individu mengalami empat tahap perkembangan, yaitu sensorimotor, praoperasional, operasional konkrit, dan operasional formal.[28] Anak usia 1-4 tahun termasuk dalam tahap sensori motor dan tahap praoperasional.
1) Tahap sensorimotor berlangsung dari usia 0-2 tahun. Dalam tahap ini bayi membentuk pemahaman tentang dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensorik (seperti melihat dan mendengar) dengan tindakan fisik. Pada usia 1-1,5 tahun, bayi tergugah minatnya untuk mengeksplorasi objek yang ada di sekitarnya. Misalnya dengan memukul, menjatuhkan, melemparkan mainan ke lantai. Sedangkan pada usia 2 tahun, anak mampu menghasilkan pola-pola sensorimotor yang kompleks menggunakan simbol-simbol primitif. Simbol-simbol tersebut dapat membuat anak mampu memanipulasi dan mengubah kejadian-kejadian yang ada dalam cara-cara yang sederhana. Sebagai contoh, putri Piaget melihat kotak korek api dibuka dan ditutup. Ia menirukan kejadian tersebut dengan membuka dan menutup mulutnya. Hal ini merupakan ekspresi yang jelas atas gambaran kejadian tersebut.[29]
2) Tahap praoperasional berlangsung dari usia 2-7 tahun. Pada usia 2-4 tahun, anak mendapatkan kemampuan untuk menggambarkan secara mental sebuah objek yang tidak ada. Anak menggunakan desain-desain acak untuk menggambarkan orang, rumah, mobil, awan, dan sebagainya. Mereka belum terlalu peduli dengan realita, gambar-gambar mereka bersifat fantastis dan inventif. Misalnya saja, matahari berwarna biru, langit berwarna kuning, dan mobil berjalan di atas awan.[30]
3. Cara BelajarYang Sesuai Untuk Anak Usia 1-4 Tahun
Pendidikan yang dilaksanakan sejak dalam kendungan hingga akhir hayat telah lama diyakini dan dibenarkan bukan saja oleh bangsa Indonesia, tetapi juga bangsa lain di dunia, terutama negara yang berdasarkan keagamaan. Karena menjaga, membesarkan dan mendidik anak agar menjadi manusia terpilih di hadapan-Nya adalah wajib bagi semua orang tua. Dalam agama juga dijelaskan bahwa anak yang baik akan membahagiakan orang tua mereka dunia dan akhirat.
Lahirlah ilmu pengetahuan duniawi menyebabkan keyakinan tersebut di atas bergeser. Bermunculanlah pakar dengan membawa berbagai prinsip dan teori tentang pendidikan ini. Sebagian berpendapat bahwa pendidikan sebaiknya dimulai sejak bayi dan berlangsung seumur hidup. Namun ada pula yang berpendapat bahwa pendidikan dimulai sejak anak berusia 3 tahun, di saat anak telah mengenal bahasa, hingga mencapai kedewasaan, +¬ 20 tahun. Sesudah itu bukan lagi pendidikan tetapi pembentukan diri.[31]
Diantara macam-macam cara belajar untuk anak usia 1-4 tahun dalam rangka membantu dalam perkembangannya baik berupa perkembangan intelektual, moral maupun motoriknya adalah sebagai berikut:[32]
a. Belajar instingtif yaitu belajar yang berwujud berkembangnya segala kemampuan yang telah ada pada anak sejak dilahirkan, tanpa bantuan dari luar. Seperti halnya perkembngan pada diri anak bayi, sampai kanak-kanak. Dari keadaaan tidak berdaya, sampai dapat menyusui, sampai makan dan minum sendiri. Dari belum dapat bergerak, kemudian bergerak dan kemudian membalikkan diri. Hal itu dimiliki oleh anak dengan tidak direncanakan oleh anak itu sendiri, melainkan adanya dorogan-dorongan dari dalam
b. Belajar dari pengalaman, dari belajar dengan insting, tampak adanya cara-cara yang mengalami perbedaan dari yang dilakukan si anak. Misalnya dari cara yang sempurna menjadi lebih sempurna. Hal ini disebabkan karena pengalaman si anak
c. Belajar dari pembiasaan, yaitu cara-cara yang baru yang dilakukan si anak dengan disengaja dan diusahakan oleh orang lian baik ibu atau ayahnya, misal dengan berulang-ulang dan terus menerus sampai anak dapat melakukannya sendiri dengan benar, maka hal inilah yang disebut sebagai belajar dari pembiasaan
d. Dalam ketiga bentuk cara belajar si anak tersebut diatas tampak adanya faktor yang sangat member bantuan terhadap si anak. Faktor tersebut adalah kemampuan untuk meniru. Dengan demikian tidak akan banyak dijumpai kesukaran dalam dirinya untuk memiliki kemampuan lian dari lingkungan hidupnya.
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut
1. Pertumbuhan merupakan perubahan yang bersifat kuantitatif, sedangkan perkembangan merupakan perubahan yang bersifat kualitatif.
2. Perkembangan peserta didik usia 1-4 tahun meliputi beberapa aspek perkembangan, yaitu perkembangan fisik, motorik, moral, sosial, emosi, kognitif, dan bahasa
a. Perkembangan fisik
b. Perkembangan bahasa
1) Usia 1-1,5 tahun disebut sebagai tahapan satu kata.
2) Usia 1,5 hingga 2 tahun, anak sudah dapat merangkai dua kata.
3) Usia 3 tahun, anak banyak mengucapkan bahasa yang tidak beraturan.
4) Usia 4 tahun, anak mulai mengajukan berbagai macam pertanyaan.
c. Perkembangan moral anak usia 1-4 tahun termasuk dalam tahap prakonvensional yang meliputi dua tahap yaitu moralitas hetronom.
d. Perkembangan kognitif anak usia 1-4 tahun termasuk dalam fase sensorimotor dan praoperasional.
e. Perkembangan motorik
1) Usia 0-1 tahun anak belajar menggerakkan anggota tubuhnya.
2) Usia 1,1-1,5 tahun, anak dapat menarik sebuah mainan yang melekat pada seutas tali dan menggunakan tangan dan kakinya untuk memanjat sejumlah anak tangga.
3) Usia 1,5-2 tahun, anak dapat berjalan cepat atau berlari dengan kau dalam jarak pendek, berjalan mundur tanpa kehilangan keseimbangan, berdiri dan menedang bola tanpa jatuh, berdiri dan melempar bola, serta melompat-lompat di tempat.
4) Usia 3 tahun, anak menikmati gerakan sederhana hanya demi kesenangan murni melakukan aktivitas tersebut
5) Usia 4 tahun, anak masih menikmati aktivitas yang sama, tetapi mereka menjadi lebih suka berpetualang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar